EKS Direktur Yamaha Motor Racing, Lin Jarvis, mengomentari situasi Ducati Lenovo yang akan memiliki duet Francesco Bagnaia dan Marc Marquez. Ia membandingkan situasi itu dengan tim pabrikan Yamaha ketika diperkuat Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Marquez direkrut Ducati Lenovo untuk mendampingi Bagnaia mulai MotoGP 2025. Kedua pembalap itu sama-sama memiliki kontrak hingga MotoGP 2026.
Kehadiran Marquez di Ducati diyakini akan memantik permusuhan baru dengan Bagnaia. Situasi serupa pernah dihadapi Jarvis di Yamaha bersama Rossi-Lorenzo pada kurun 2008-2010 dan 2013-2016.
Tak pelak Jarvis teringat betapa sulitnya mengatur dua pembalap dengan ego tinggi seperti Rossi dan Lorenzo. Namun, hal itu menurutnya justru menguntungkan Yamaha.
“Ada banyak orang yang sangat menuntut dan punya ego tinggi di MotoGP. Namun, Anda membutuhkan ego tinggi itu untuk menjadi juara dunia. Itulah realitanya,” urai Jarvis, melansir dari Crash, Senin (15/7/2024).
“Situasi paling menantang adalah ketika (kami) bersama Vale dan Jorge, serta pemisahan di garasi,” imbuh pria asal Inggris itu.
“Namun, itu adalah era di mana kami banyak meraih kemenangan. Kami beberapa kali merebut triple crown (juara dunia pembalap, tim, dan konstruktor),” lanjut Jarvis.
Rivalitas di dalam garasi memang membuat kewalahan. Namun, Jarvis sekali lagi menegaskan lebih memilih terlibat dalam situasi tersebut ketimbang memiliki dua pembalap ‘lemah’.
“Pada akhirnya, saya selalu memilih memiliki dua pembalap yang banyak menuntut ketimbang dua pembalap (yang) mudah (diatur),” tandasnya.
Patut dinanti seperti apa dinamika di tim Ducati Lenovo pada MotoGP 2025. Sebab, sejauh ini hubungan Bagnaia dan Marquez masih adem ayem lantaran terpisah tim.
(Wikanto Arungbudoyo)