Ketika dihadapkan dengan dua pilihan antara menyerah atau bangkit, kamu menyikapi dan menerima proses itu seperti apa?
Ya, yang tadi saya bilang lagi, enggak gampang. Enggak tahu ya orang di luar kalau melihat proses saya gimana. Tapi kalau mereka ngikutin perjalanan karier saya dari benar-benar saya yang gagal, saya yang berhasil, nanti berhasil, nanti gagal lagi, nanti berhasil, nanti bisa terjun payung lagi, tapi nanti bisa bangkit lagi, saya rasa mereka akan jauh lebih mengerti tentang arti proses. Proses yang saya alami memang enggak mudah gitu.

Apa yang saya ceritakan sekarang, mungkin orang yang membaca ini akan melihat ‘oh kayak biasa saja gitu loh.’ Tapi mereka yang memang tahu atau mengikuti perjalanan saya, itu mungkin mereka bisa mendapatkan feel yang lebih berbeda dibanding orang yang hanya mendengar atau melihat dari apa yang terjadi belakangan ini.
Jadi ya memang enggak mudah. Proses untuk memutuskan itu yang sangat penting. Itu adalah momen-momen kalau saya bilang momen krusial. Di mana kita akan berkata ‘lu mau nyerah atau lu mau bangkit lagi’ gitu.
Jojo pernah merasakan momen krusial itu ketika ada di titik mana?
Titiknya adalah ketika momen kita sudah berusaha, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan pengharapan atau tidak sejalan dengan apa yang kita perjuangkan. Titiknya adalah ketika kita masih bisa bersyukur dengan hasil yang tanda kutip kurang baik, tapi bisa bangkit lagi. Untuk bisa menemukan titik balik itu yang saya rasa enggak gampang untuk dilewati.
Sejak junior, Jojo sudah mendapat banyak sorotan. Bahkan saat itu menerima tongkat estafet dari Taufik Hidayat di acara pensiunnya. Artinya kan ada ekspektasi tinggi buat Jojo. Bagaimana Jojo menyikapi itu? Ditambah tunggal putra Pelatnas saat itu sempat kehilangan sosok ‘senior’.
Pertama kalau yang tongkat estafet dari Taufik, jujur saya itu kan baru masuk banget (pelatnas) ya. Saya juga bingung kenapa saya yang dipilih? Maksudnya ya masih banyak kakak-kakak senior yang di tengah-tengah itu, kayak contohnya mas Vito -sapaan akrab Shesar Hiren Rhustavito, Riyanto Subagja, Panji Akbar, Arief Gifar, Wisnu Yuli Prasetyo. Maksudnya masih banyak senior saya. Kalau enggak salah, saya datang di pelatnas, saya anak yang paling kecil. Kalau enggak salah umurnya tuh paling muda dibanding yang lain. Ya jujur agak enggak expect saja sih.
Tapi kalau dibilang beban, saya sih waktu itu enggak ngerasain ya. Cuma mungkin ketika pas mulai generasi tunggal putra putus, terus saya Ginting dan Ihsan (Maulana Mustofa) harus di-push untuk segera ngejar negara-negara lain, ya jujur itu berat sih. Tapi plusnya kita dapat jam terbang lebih banyak. Kita diberikan kesempatan lebih banyak, kita diberikan kepercayaan diri juga lebih banyak, which is itu sangat-sangat bagus. Mungkin itu yang saat ini tidak dimiliki oleh adik-adik junior yang zaman sekarang. Itu satu hal yang positif.
Cuma ya mungkin itu hal yang memberatkan. Karena ‘ya lu mau enggak mau harus dituntut untuk segera naik level’ entah dari permainan, entah itu dari hasil. Padahal waktu itu masih ada Lin Dan, masih ada Lee Chong Wei, Chen Long, Kento Momota, Viktor Axelsen juga. Jadi memang masih bener-bener banyak banget. Ya mau enggak mau harus di-push. Ya mungkin itu aja sih yang memberatkan untuk kita. Karena masih muda ya waktu itu. Sisanya sih menurut saya banyak hal positif juga.