Namun, ia menjelaskan kepada OCA, bahwa cabor bridge bukan sekadar bermain kartu saja. Akan tetapi, ada analisa mendalam dari seorang atlet bridge untuk bisa meraih kemenangan.

“OCA sempat menolak bridge, karena dianggap judi. Tapi, OCA bisa menerima bridge, ketika tahu kalau pemain kelas dunia bridge berasal dari negara Islam, seperti Pakistan, Mesir, dan Bangladesh,” ungkap Bambang Hartono.
“Sebab itu olahraga ini butuh daya analisa cerdas untuk bisa menang,” ucapnya.
Singkat kisah, cabor bridge pun dikabulkan OCA untuk dipertandingkan di Asian Games 2018. Indonesia pun menyabet total empat perunggu, termasuk nomor supermixed team, yang digawangi oleh Bambang Hartono.
Kemampuan Bambang Hartono mentas di cabor bridge, tentu tak terlepas dari profesinya sebagai seorang pebisnis. Bagaimana tidak, Bambang Hartono tercatat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia.
Hartanya kekayaannya mencapai USD20,7 miliar atau sekira Rp300,1 triliun. Kekayaannya itu tak terlepas dari bisnis yang ia kembangkan sejak lama. Dengan kata lain, ia pandai menganilsa pasar, layaknya bermain bridge.
Bahkan, tak cuma dirinya, keluarga Hartono pun diketahui punya kekayaan yang fantastis. Saudaranya, R Budi Hartono diketahui memiliki kekayaan mencapai USD21,5 miliar atau setara Rp311,7 triliun. Tak heran jika Bambang Hartono disebut-sebut sebagai atlet paling tajir di Indonesia, juga tertua ketika mentas di Asian Games 2018.
(Hakiki Tertiari )