Pelatihannya di Eropa adalah kerja sama antara Persatuan Tenis Seluruh Indonesia (PELTI) dengan salah satu perusahaan minyak. Saat itu, PELTI mendatangkan pelatih dari Ceko dan memilih empat anak dari 20 anak yang diseleksi untuk dibawa ke Eropa.
“Pada saat itu, PELTI kebetulan mengundang pelatih dari Ceko dan disponsori oleh salah satu perusahaan minyak. Pelatih asal Ceko itu melatih pemain nomor 5 dunia saat itu, Helena Sukova. Awal mulanya, dari 20 anak dipilih empat saja dan saya terpilih untuk dikirim ke sana oleh PELTI dan perusahaan minyak itu,” jelas wanita bertinggi 160 cm itu.

Setelah dua tahun menimba ilmu di Ceko, Wynne melanjutkan pelatihannya ke Florida, Amerika Serikat. Dia tidak pernah pulang ke Indonesia kecuali saat ada turnamen di tanah kelahirannya itu. Menurutnya, kalau dia pulang ke tanah air, permainannya akan tertinggal dari petenis-petenis luar negeri.
Wynne yang saat itu berusia 14 tahun merasa sangat berat untuk jauh dari keluarga. Ditambah lagi, teknologi komunikasi pada saat itu belum seperti sekarang sehingga hal itu terasa sangat berat baginya.
Namun, perjuangannya itu tidak sia-sia. Wynne terus berkembang menjadi petenis yang handal. Dia meraih runner-up Australia Open 1998 untuk kelas junior tenis nomor tunggal putri. Dia juga pernah membela Indonesia di Olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004.
Wynne mengharumkan nama Indonesia di pesta olah raga se-Asia, Asian Games 2002, dengan meraih medali emas di nomor beregu dan perak di nomor ganda putri bersama Angelique Widjaja. Dalam perjuangannya di Asian Games 2002, terselip cerita ‘kecurangan’ tuan rumah Korea Selatan yang selalu menguntungkan petenis tuan rumah untuk memenangkan pertandingan.
Puncak kejayaannya terjadi pada SEA Games 2005 di Manila. Wynne yang saat itu berusia 24 tahun, sukses membawa pulang emas di nomor tunggal putri, ganda putri, dan beregu. Pencapaiannya nyaris sempurna andai di nomor ganda campuran, dia tidak kalah di final. Atas pencapaiannya tersebut, dia dijuluki Ratu Tenis Indonesia.