NAMA Susy Susanti tak boleh terlewatkan kala membahas legenda bulu tangkis Indonesia. Sebab, Susy sudah membawa harum nama Indonesia lewat beragam prestasinya di kancah internasional selama masih aktif menjadi pebulu tangkis profesional. Salah satu prestasi yang paling dikenang adalah medali emas Olimpiade Barcelona 1992.
Ya, sosok Susy Susanti memang sudah begitu melegenda di pentas bulu tangkis. Dia selalu menjadi acuan para pebulu tangkis Indonesia dalam menjalani karier. Bagaimana tidak, karier manis berhasil diukirnya sehingga menjadikan sosoknya sebagai salah satu pebulu tangkis putri terbaik Indonesia.

Perjalanan Karier
Perjalanan karier atlet bernama lengkap Lucia Francisca Susi Susanti ini sendiri dimulai dengan bergabung ke klub PB Tunas Tasikmalaya. Atlet kelahiran 11 Februari 1971 itu memang sudah menunjukkan kecintaannya dengan dunia bulu tangkis sejak masih duduk di bangku SD.
Susy pun bergabung ke klub PB Tunas Tasikmalaya yang merupakan milik pamannya sendiri itu selama tujuh tahun. Pada 1985, Susy yang masih duduk di bangku SMP memutuskan mengepakkan lebih lebar sayap kariernya di dunia bulu tangkis dengan hijrah ke Jakarta.
BACA JUGA: Setelah Era Susy Susanti Indonesia Kesulitan Cari Tunggal Putri Jempolan, Apa Penyebabnya?
Di ibu kota Indonesia itu, Susy bersekolah khusus untuk atlet. Usaha dan kerja kerasnya membuahkan hasil manis di awal kariernya. Dia langsung bisa menyabet gelar juara Indonesia Open 1989.
Tak berhenti sampai di situ, Susy Susanti juga membantu Indonesia menyabet gelar juara Piala Sudirman untuk pertama kalinya. Perlahan, karier Susy mulai menanjak. Beragam gelar juara lain diraihnya.
Atlet kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, itu bahkan bisa mendominasi di ajang bergengsi dan tertua di bulu tangkis, yakni All England. Susy menyabet gelar juara di empat musim beruntun, yakni pada 1990 hingga 1994.
Medali Emas Olimpiade Barcelona 1992
Perhatian besar pun makin diberikan kepada Susy yang menorehkan karier mentereng. Puncaknya, dia disorot publik dunia pada 1992. Pada tahun itu, dia sukses merebut medali emas di pentas Olimpiade yang berlangsung di Barcelona, Spanyol.

Olimpiade Barcelona 1992 sendiri merupakan pertama kalinya cabang olahraga bulu tangkis dipertandingkan di Olimpiade. Susy pun ditapuk menjadi salah satu wakil Indonesia untuk bertanding di cabor anyar pada Olimpiade tersebut.
Hasilnya, penampilanya begitu gemilang. Perjuangan dan kerja keras Susy bisa membuahkan medali emas tersebut. Kepastian merebut medali emas sendiri didapat usai menaklukkan wakil Korea Selatan, Bang Soo-hyun, dalam pertarungan tiga set yang berakhir dengan skor 5-11, 11-5, dan 11-3.
Susy dalam sebuah wawancara ekslusif bersama Okezone beberapa waktu lalu pun sempat menceritakan soal perasaannya saat berlaga di Olimpiade Barcelona 1992. Dia menceritakan tekanaan yang didapat saat bertanding.
“Jadi, sedikit kilas balik. Beban terbesar adalah tanggung jawab. Apalagi, waktu itu saya salah satu yang ditargetkan meraih medali emas,” kata Susy Susanti saat diwawancara dalam program Special Dialogue Okezone.

“Saat itu, cabang olahraga bulu tangkis untuk pertama kalinya dipertandingkan setelah sebelumnya Indonesia sudah beberapa kali tampil di Olimpiade, tapi belum pernah meraih medali emas,” lanjutnya.
“Dari era ke era prestasi bulu tangkis Indonesia selalu memberikan yang terbaik bagi olahraga Indonesia. Karena itu, Olimpiade 1992 jadi momen yang ditunggu-tunggu. Kebetulan, saat itu saya menduduki peringkat 1 dunia, saya harus bisa merebut medali emas untuk Indonesia,” jelas Susy.
Kesuksesan Susy kala itu mengantarnya menjadi atlet pertama Indonesia yang menyumbangkan medali emas di Olimpiade. Dari Susy Susanti, keran medali emas kontingen Indonesia di Olimpiade terus terbuka.
Prestasi Susy Susanti di Olimpiade tak berhenti pada 1992. Dia kembali berhasil meraih medali di Olimpiade Atlanta 1996. Tetapi, kala itu, dia tak mendapat medali emas, melainkan perunggu.
Karier manis Susy di bulu tangkis harus terhenti pada 1998 karena dirinya memutuskan untuk pensiun kala itu. Pada akhir kariernya, dia tercatat sudah meraih puluhan gelar juara di turnamen berlevel Grand Prix.
Kisah Asmara
Setahun sebelum pensiun, Susy Susanti menikah dengan Alan Budikusuma yang menjalani profesi sama sepertinya. Pernikahan itu tepatnya berlangsung pada 9 Februari 1997.

Keputusan membawa kisah asmaranya ke jenjang pernikahan diambil setelah menjalin kasih sejak 1988. Pasangan ini pun dijuluki Pengantin Olimpiade lantaran kesuksesan keduanya di pentas turnamen olahraga paling bergengsi di dunia itu.
Bahkan, Susy dan Alan diketahui sama-sama merebut medali emas di Olimpiade Barcelona 1992. Dalam hitungan satu jam dari Susy, Alan Budikusuma mempersembahkan medali emas kedua untuk Indonesia setelah mengalahkan rekan senegaranya, Ardy B Wiranata.
Masih Berkecimpung di Dunia Bulu Tangkis Usai Pensiun
Meski sudah pensiun, Susy tetap berkecimpung di dunia bulu tangkis. Dia bahkan sempat mengemban jabatan sebagai Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PBSI periode 2016-2020.

Kini, meski sudah tak lagi berkecimpung di kepengurusan PBSI, Susy tetap menaruh perhatian besar kepada para atlet bulu tangkis Indonesia. Dalam wawancara eksklusif bersama Okezone, dia bahkan menyoroti kiprah bulu tangkis Indonesia khususnya di sektor putri.
“Kita tahu prestasi Indonesia untuk putri lebih minim ketimbang putra. Memang, bibit-bibit untuk putri itu tidak sebanyak putra dan itu harus diakui. Kita flash back ke belakang, yang juara dari putri itu hanya satu-satu ya. Kalo di putra kita banyak sekali,” jelas Susy Susanti saat diwawancara dalam program Special Dialogue Okezone.
“Kita sempat punya Pandawa Lima, ada Arby, Alan, Hermawan, Heriyanto Arbi, Joko Suprianto yang bergantian menjadi juara. Begitu juga di ganda putra, mulai eranya pak Tjun-Tjun, Johan Wahyudi sampai ke eranya Ricky/Rexy, Tony/Candra, Kevin/Gideon,” lanjutnya.
“Di ganda putri cukup lumayan. Ada bu Minarni dan Retno, ada Ka Verawaty/Yanti, Rossi/Erma, Minarsih/Lili Tampi. Terakhir, ada Greysia dan Apriyani yang mencatatkan sejarah. Memang, bibit-bibit kita di putri agak minim ketimbang putra, sehingga kita kesulitan menjaring atlet-atlet putri yang potensi. Benar, banyak atlet muda berbakat. Tapi, bakat saja tidak cukup,” jelas Susy.
“Ada yang punya bakat, tapi kemauannya kurang. Ada yang kemauan besar, tapi bakatnya kurang. Karena itu, ini menjadi PR semua. Tapi, saya percaya PBSI sudah membina generasi muda untuk mengejar ketertinggalan di sector tunggal putri. Harapannya beberapa tahun ke depan, prestasi tunggal putri bisa lebih baik lagi. Dari yang kini hanya menembus 20 dunia, kemudian bisa masuk level elite dunia,” tukas Susy.
(Ramdani Bur)