OSAKA - Para pembawa obor Olimpiade Tokyo berlari di taman kosong di Osaka setelah kirab obor di prefektur barat Jepang itu diputuskan tidak dilakukan di jalan umum karena lonjakan kasus COVID-19, lapor Kyodo, Selasa.
Sehari sebelum hitung mundur 100 hari pembukaan Olimpiade dimulai, Osaka, kota metropolitan yang baru-baru ini mencatatkan rekor COVID-19 harian, menjadi prefektur pertama di Jepang yang terpaksa mengadakan estafet sesuai format rencana awal.
Pembawa obor berlari sekitar 200 meter di taman '70 Commermorative Park di Suita yang ditutup untuk umum itu bukan di jalan umum di mana banyak orang bisa berkumpul.
Masing-masing pelari diizinkan mengundang maksimal empat orang untuk menonton, termasuk keluarga. Lebih dari 100 pembawa obor dijadwalkan berlari selama dua hari di taman di Osaka, prefektur ke-10 yang telah dikunjungi api Olimpiade sejak dimulainya kirab 25 Maret.
Acara tersebut disiarkan secara online. Banyak pembawa obor melambai dan berpose selama mereka berlari di taman yang dibuat sebagai lokasi Japan World Exposition 1970 dan dikenal dengan karya seni "Tower of The Sun" yang ikonik oleh almarhum Taro Okamoto.
Baca juga: KOI: KBRI Tokyo Akan Kumpulkan Suporter untuk Wakil Indonesia di Olimpiade
"Saya sangat bersyukur estafet berlangsung, apapun formatnya," kata Aya Terakawa, peraih medali perunggu renang Olimpiade London 2012, usai melakukan segmen estafet bagiannya di depan orang tuanya.
Pekan lalu, panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo memutuskan tidak menjalankan estafet di sepanjang jalan umum di Osaka setelah pemerintah prefektur tersebut mengumumkan keadaan darurat medis terkait virus corona dan meminta penduduk menahan diri dari acara yang tidak penting.
Kasus virus corona harian di Osaka, Selasa, akan melampaui 1.000 kasus untuk pertama kalinya, kata Gubernur Hirofumi Yoshimura. Angka tertinggi melampaui catatan kasus pada Sabtu (9/4), yaitu 918 kasus.