KISAH Ihsan Maulana Mustofa yang pernah antar Indonesia lolos ke final Piala Thomas 2016 menarik untuk diketahui. Apalagi kini ia dikabarkan pernah menjadi pelatih bulu tangkis di Kanada, lantas bagaimana kabarnya sekarang?
Ihsan adalah salah satu tunggal putra terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Pria kelahiran 18 November 1995 itu merupakan tunggal putra jebolan dari PB Djarum sejak 2010 silam.
Nama Ihsan mulai terkenal setelah berhasil merebut medali perunggu di Kejuaraan Dunia Junior alias World Junior Championships 2013 yang digelar di Bangkok, Thailand. Lalu di ajang beregu pun ia sukses membantu tim putra Indonesia merebut medali emas di SEA Games 2015 Singapura dan 2017 Kuala Lumpur.
Ihsan memang tak terlalu banyak memenangkan gelar individu, namun ia selalu dapat diandalkan ketika bermain di sistem beregu. Terbukti dari medali-medali yang sudah dijabarkan di atas.
Tentu selain medali emas SEA Games, pencapaian terbaik Ihsan adalah membantu tim putra Indonesia lolos ke final Piala Thomas 2016. Turnamen yang digelar Kushan, China itu Indonesia pada akhirnya harus rela menjadi runner-up dan meraih medali perak usai kalah dari Denmark dengan skor 2-3.
Ihsan sendiri bermain di final sebagai tunggal putra ketiga setelah Tommy Sugiarto dan Anthony Sinisuka Ginting. Ia menjadi penentu juara atau tidaknya Tim Merah-Putih karena bermain di partai terakhir saat skor 2-2.
Sayangnya, Ihsan kalah dari tunggal putra Denmark, Hans-Kristian Vittinghus dengan skor 15-21 dan 7-21. Meski gagal juara, pencapaian Ihsan dan kolega di Piala Thomas 2016 tetap layak mendapatkan apresiasi.
Lantas bagaimana kabar Ihsan Kini? Di pengujung 2019 lalu, Ihsan mengumumkan bahwa dirinya mundur dari Pelatnas PBSI. Alasannya karena dia diterpa cedera panjang yang membuatnya absen dalam waktu yang sangat lama.
Selain itu, Ihsan juga membuat keputusan itu karena sudah menikah setahun sebelumnya dengan istrinya, yakni Kalsum Jannah.Lama tak dengar kabarnya, Ihsan Maulana tiba-tiba ia mentas di Kejuaraan Nasional PBSI 2022 untuk membela klubnya, PB Djarum, di nomor beregu dewasa antarklub.
Kemudian, Ihsan menceritakan bagaimana perjalanan kariernya setelah keluar dari pelatnas kepada awak media saat ditemui dalam turnamen tersebut di Pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta, pada Desember 2022 lalu.
Pria yang kini berusia 28 tahun itu mengaku sempat berkarier sebagai pelatih di Kanada. Dia melatih sebuah klub bernama CST di negara Amerika Utara itu.
Namun, karena istrinya mau melahirkan anak kedua mereka, akhirnya Ihsan memutuskan untuk kembali ke Tanah Air. Nah kebetulan PB Djarum langsung mengontaknya untuk tampil di Kejurnas PBSI 2022.
“Kemarin sempat hampir setahun saya tinggal di Kanada, emang fokusnya sudah melatih juga, fokus ngelatih di sana hampir setahun,” kata Ihsan kepada awak media, termasuk MNC Portal Indonesia (MPI).
“Kemarin pulang karena istri mau melahirkan anak kedua, akhirnya kami pulang dulu. Dan pas pulang, dikontak buat main di Kejurnas,” tambahnya.
Kemudian, Ihsan menjelaskan bahwa dirinya sebenarnya sudah merintis sebuah klub di Tanah Air sebelum terbang ke Kanada selepas cabut dari pelatnas. Akan tetapi, akhirnya dia tergoda untuk melatih di sana karena tertarik mencicipi tantangan baru.
“Ya dapat tawaran karena waktu itu, sebenarnya saya di Indonesia punya klub. Cuma buat pengalaman saya, jadi mau coba melatih di negara orang bagaimana (rasanya), akhirnya saya coba. Lumayan sih, betah di sana cuma pulang karena istri mau melahirkan,” jelas Ihsan.
Selanjutnya, Ihsan mengungkapkan sebenarnya dia sudah diminta klubnya untuk kembali melatih di Kanada. Akan tetapi, dia belum mau menurutinya karena ingin mengurus anak keduanya yang baru lahir tersebut.
“Sebenarnya memang sudah ada perjanjian di awal, sebelum saya ke sana kan istri sudah hamil. Perjanjiannya nanti kalau istri tidak mau di sana, saya akan pulang dan itu diperbolehkan,” cakap Ihsan.
“Sebenarnya disuruh ke sana lagi cuma pengennya di sini dulu karena anak masih kecil juga, baru tiga mingguan,” pungkasnya.
Jadi, sekarang Ihsan sudah kembali di Indonesia dan tak lagi melatih di Kanada.
(Rivan Nasri Rachman)