JAKARTA - Pasangan Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tak lagi menyandang status ganda putra peringkat satu dunia. Melihat kondisi itu, pebulutangkis ganda putra Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon tak bisa berbicara banyak karena menurutnya mempertahankan status nomor satu dunia tersebut memanglah sangat sulit.
Perlu diketahui bersama Kevin Sanjaya Sukamuljo, Marcus pernah mencicipi rasanya menjadi peringkat satu dunia sektor ganda putra. Tidak hanya sebentar, Marcus/Kevin bahkan bertahan sangat lama di posisi tertinggi tersebut hingga lima tahun.
Berbeda cerita, Fajar/Rian juga pernah menyandang peringkat 1 dunia. Tapi pada pekan ini mereka lengser setelah bertahan kurang dari satu tahun. Meski begitu, Marcus bisa merasakan bagaimana tekanan yang dialami Fajar/Rian saat menduduki peringkat satu dunia tersebut.
"Ada ngobrol sama Fajar/Rian. Setiap orang tahulah pasti pressure-nya banyak, enggak ada yang tahu saya gimana (pressure jadi peringkat 1 dunia). Mungkin kalau Kevin mentalnya lebih kuat kan enggak tahu juga,” ucap Marcus kepada awak media, termasuk MNC Portal Indonesia, Kamis (12/10/2023).
“Tiap orang pribadinya masing-masing. Kayak saya jaganya gimana, mereka jaganya gimana," tambahnya.
Marcus pun di satu sisi memuji pencapaian Fajar/Rian selama menjadi peringkat satu dunia. Beberapa gelar bergengsi pun berhasil dimiliki Fajri -julukan Fajar/Rian- pada tahun ini seperti All England dan Malaysia Open 2023.
"Tapi ya achievement mereka enggak bisa dibilang jelek juga. Bagus banget malah menurut saya. Mainnya juga bagus, cuma mungkin lawan sekarang banyak yang pelajari, teknologi juga gampang. Apalagi ranking 1 dunia dipantau semua orang," lanjut Marcus.
Pemain berusia 32 tahun itu juga mengungkapkan betapa besar beban dan pikiran yang ia rasakan saat menjadi peringkat 1 dunia. Ia mengaku harus terbiasa dengan tekanan yang ditujukan kepada dirinya dan Kevin.
"(Jadi peringkat 1 dunia itu) tidur susah, banyak pikiran, harus banyak-banyak berdoa. Emang pikiran banget itu. Tidur malam susah, apalagi kalau pertandingan. Kita sebelum berangkat harus sudah juara. Kalau hanya sampai final (tidak juara) dianggap kalah," jelas Marcus.
"Fajar/Rian sekarang juga berasa tuh, mereka kalah di final Korea Open, bagi semua orang mereka gagal loh. Padahal dulu bagus sampai final Korea Open, kan turnamen gede. Sebenarnya pasti pressurenya makin tinggi, makin gede, harusnya udah biasa. Tapi tiap pribadi masing-masing beda caranya," tutup pemain jebolan PB Jaya Raya itu.
(Rivan Nasri Rachman)