KISAH Fajar Pambudi, atlet blind judo NPC Indonesia akan diualas dalam artikel ini. Fajar Pambudi diketahui alami kebutaan saat kelas 3 SD karena jatuh dari jembatan.
Fajar bercerita bahwa dirinya memulai karier sebagai atlet blind juga di NPC Indonesia sejak 2,5 tahun lalu. Atlet asal Jladri, Buayan, Kebumen, Jawa Tengah (Jateng) itu pun berhasil meraih sejumlah medali di ajang-ajang nasional dan internasional.
Medali emas dan perunggu diraih Fajar saat Peparnas Papua 2021. Kemudian, dia juga meraih satu medali emas ASEAN Para Games (APG) Solo.
Selain itu, Fajar juga meraih medali perunggu saat mentas dalam turnamen di Jepang dan Kazakhstan. Ada juga satu medali emas di APG Kamboja 2022 di kelas J1 total blind -90 kg.
Dengan sederet prestasi itu, Fajar berpeluang lolos ke Paralimpiade Paris 2024. Ayah s
atu anak itu pun menargetkan medali emas Asian Paragames (AiPG) 2023 yang berlangsung Hangzhou, China, untuk memastikan satu tempat di Paralimpiade Paris.
Fajar mengatakan bahwa dirinya belum merasa puas jika belum tampil di panggung tertinggi olahraga yang ia geluti. Karena itu, Fajar Pambudi pun terus berlatih keras di bawah tangan dingin pelatih asal Korea Selatan, Lee Yong-Im, demi mengukir prestasi manis.
Fajar saat ditemui pada Senin (18/9/2023), tengah mengikuti sesi latihan di Onyx Fitness Center Solo Paragon. Ia melakukan sejumlah latihan seperti angkat berat dan treadmill didampingi asisten pelatih, Dimas Ariwibowo.
“Belum merasa cukup dengan kemampuan saat ini. Belum naik ke panggung tertinggi belum puas mas. Makanya saya latihan keras, latihan pagi dan sore tiap hari,” ujar Fajar.
Sebelum memutuskan menekuni blind judo, Fajar telah lebih dulu menggeluti olahraga pencak silat. Olahraga itu digelutinya saat duduk di bangku SMP hingga SMA. Kemudian, dia masuk tim judo saat lulus jenjang SMK.
“Propos terakhir kan 2018. Habis corona, tidak turnamen cuma latihan tipis,” jelas Fajar.
KONI kemudian mengusulkannya untuk masuk ke NPC Kebumen. Pada 2021, Fajar masuk ke pelatnas NPC Indonesia untuk ajang APG Solo 2022 dan bertahan hingga sekarang.
Fajar mengungkapkan bahwa dirinya juga disibukkan dengan urusan membantu orangtua saat tengah menekuni olahraga pencak silat. Ia prihatin dengan kondisi keluarganya yang harus menanggung biaya terapi atas kebutaan yang Fajar derita.
“Membantu orangtua sambil latihan silat. Kan orangtua saya dulu ada musibah waktu saya kecil. Akhirnya saat masa kecil SD, SMP, dan SMA membantu orangtua,” cerita Fajar.
“Saya waktu kecil kelas 1 SD jatuh dari jembatan. Terasa saat kelas 3 SD itu, melihat tulisan sudah tidak jelas sampai sekarang,” lanjutnya.
Setiap 6 bulan sekali, Fajar wajib menjalani terapi di salah satu rumah sakit di Yogyakarta. Fajar mengungkapkan vonis dokter menyebut dirinya harus menjalani operasi agar bisa kembali melihat.
“Melakukan terapi sejak kelas 4 SD sampai 3 SMK. Tidak ada perubahan. Kalau saya kecacatannya dalam retina fokusnya itu enggak bisa, lihat orang itu blur semua. Vonis sama rumah sakit itu harus dioperasi,” jelas dia.
Fajar mengatakan, dirinya mulai dijauhi teman-teman pascakebutaan yang dialami. Selama berada di bangku SD, kekurangan teman dirasakan Fajar, namun keadaan mulai membaik saat dirinya masuk ke bangku SMP dan SMK.
“Kalau SMP dan SMK tidak terlalu parah, teman-teman sudah pada mengerti,” ungkapnya.
Pada masa sekarang, Fajar hanya ingin memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Dia berharap bisa terus meraih medali untuk membawa harum nama Indonesia.
“Target pribadi memberikan yang terbaik. Kalo medali pasti kepingin. Tapi yang penting menampilkan yang terbaik dan berdoa,” tutupnya.
(Djanti Virantika)