"Akhirnya waktu kelas 3 SMA itu saya latihan-latihan lagi. Sekolah juga fokus, tapi masih tetap latihan seminggu tiga kali, seminggu empat kali. Lalu kelas 3 SMA juga saya dapat tawaran dari Mutiara Bandung untuk bergabung," ujar Fajar.
Akan tetapi, tawaran dari Mutiara tersebut kali ini malah tidak mendapat restu dari orangtua Fajar. Pemain yang saat ini berusia 28 tahun itu tetap diminta fokus pada sekolahnya dan menyelesaikan pendidikannya di SMA.
"Saya bilang orangtua soal tawaran itu, tapi enggak diizinkan orangtua karena kalau di Mutiara berarti sekolahnya terbengkalai, berarti sekolahnya hanya formalitas dan dispensasi gitu. Akhirnya enggak diizinkan sama orangtua dan orangtua juga bilang kalau mau fokus buat bulu tangkis lagi setelah lulus sekolah nanti," kata Fajar.
"Jadi memang dari SMA itu, saya juga enggak terpikirkan mau masuk pelatnas atau enggak. Karena dulu orangtua itu mengizinkan untuk latihan bulu tangkis tujuannya sih cuma biar ada keahlian. Jadi orangtua tuh selalu menyarankan untuk kuliah, pendidikan, dan juga punya keahlian biar enggak susah cari kerjaan. Jadi sekolah tapi punya keahlian," tambahnya.
Setelah lulus SMA, Fajar akhirnya mendapat lampu hijau dari orangtuanya untuk mulai serius di dunia bulu tangkis. Singkat cerita, dia masuk klub SGS PLN dan mengejar ketertinggalan dengan atlet-atlet lain. Tanpa disangka, namanya masuk ke skuad Tim Indonesia untuk mengikuti ajang Asia Junior Championships hingga World Junior Championships pada 2013.
Sayangnya modal itu belum cukup. Pada awal 2014, Fajar justru tidak mendapat panggilan ke Pelatnas PBSI. Hal ini membuatnya berpikir untuk mengalihkan perhatian ke dunia pendidikan dan mendaftar kuliah. Pada tahun itu juga, dia resmi menjadi mahasiswa S1 di Universitas Bale Bandung jurusan Pendidikan Geografi pada 2014.