“Lucu sih dari awal wasitnya seperti kayak rasis gitu (tidak ada apa-apa, tetapi diperingati), itu bola sudah menyentuh banget terus sudah beberapa saat kemudian dia (Conrad-Petersen) baru meminta challenge, kan challenge itu langsung, setelah bola jatuh langsung challenge, terus dikasih sama wasit. Itu enggak fair banget,” lanjut Kevin.
Marcus yang juga sempat protes karena beberapa kali service-nya terkena fault ikut geram dengan keputusan wasit yang menerima permintaan challenge. Bahkan ia mengkritisi keputusan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) yang dinilai kurang kompeten dalam memilih wasit di lapangan dan referee turnamen.
“Kayaknya enggak adil juga wasitnya begitu, masa yang main bule (dari Eropa), wasitnya bule, service judge-nya bule, kami mainnya di Indonesia. Kalau di Denmark mungkin saja wasitnya bule semua, ini di Indonesia, seharusnya dimasukkan satu wasit dari Asia,” tambah Marcus.
“Terus pas kami keluar referee (wasit turnamen) marah-marahin kami. Katanya ‘kamu mainnya ga baik’. Referee bilang mau kasih kami kartu hitam, dia yang salah, terus masa sekarang kami dikasih kartu hitam. Enggak tahu BWF enggak kompeten saja. Ya enggak masuk akal juga, masa kartu hitam,” pungkasnya.
(Ramdani Bur)