MENURUT pelajaran di sebuah sekolah antara Porda dengan SEA Games tidak ada bedanya. Mau dengar bagaimana ceritanya?
Tersebutlah, ada seorang guru olahraga yang sangat menggemari bahasa Indonesia. Sehari suntuk dia bingung mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk mengartikan SEA Games secara mudah.
Beruntung, sang guru memiliki siswa yang terkenal pandai. Siswa itu ditanyakannya, “Apa arti Porda?” (Mungkin maksudnya yang mangkus itu bukan arti, melainkan kepanjangan dari akronim belaka).
Si siswa menjawab, “Pekan Olahraga di Air.” Sebagai pengajar yang baik, guru itu tidak buru-buru menyalahkan. Dan, dia benarkan jawaban siswanya.
“Maka, anak-anak,” gugahnya dari depan kelas, penuh kemenangan. “Sea Games itu sama saja artinya dengan Porda. SEA dalam bahasa Inggris berarti laut, di sana ada air yang sangat banyak!”
Tentu saja pelajaran itu hanya pernah terjadi di masa lalu. Saat guru Indonesia belum mengenal komputer dan siswa tidak tahu googling. Sekarang, guru olahraga itu juga sudah pensiun dan siswanya telah lulus dari sana. Pelajaran tentang persamaan Porda dengan SEA Games sudah tidak diajarkan lagi di sekolah.
Maukah kini kita berpikir, apakah sebenarnya olahraga massal orang Indonesia? Barangkali, saya kira, bukan sepakbola. Mudah-mudahan perkiraannya persis benar. Sebab bola hanya dipertandingkan oleh dua puluh dua pemain saja.
Sedangkan olahraga tradisional yang diselenggarakan setiap memperingati perayaan kemerdekaan 17 Agustus bernama panjat pinang mungkin lebih banyak dimainkan orang. Dari kampung ke kampung, lorong ke lorong, di mana ada lapangan kosong di situ pula hadiah bertebaran.
Sejak entah kapan, tepatnya puluhan tahun yang silam, saya mengimpikan cabang olahraga panjat pinang dipertandingkan dalam SEA Games yang diadakan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dalam kalender penyelenggaraan setiap dua tahun sekali.
Adapun nomor-nomor yang dipertandingkan dapat banyak ragam: 1) memanjat paling cepat, 2) memanjat zigzag, 3) memanjat pakai sarung, 4) memanjat estafet, 5) memanjat bolak-balik dengan gaya kaki di atas kepala di bawah, 6) memanjat indah.
Impian itu mengusik benak sejak beberapa negara, antara lain Indonesia dan Thailand, setiap kebagian jatah jadi tuan rumah, cenderung memaksakan keinginan untuk memanggungkan cabang olahraga non-olimpik (maksudnya, cabor yang tidak masuk dalam Olimpiade) dipertandingkan dengan tujuan meraup medali sebanyak-banyaknya, kadang-kadang pula tanpa kompromi untuk sepantasnya mematuhi aturan permainan.
Sekarang, SEA Games XXVI sudah berlalu. Sebelum pentas pesta olahraga se-Asia Tenggara digilir dua tahun kemudian, perayaan kemerdekaan yang mempertandingkan panjat pinang segera kita jelang, Agustus mendatang. Tidak usah bertanya, apakah para atlet panjat pinang Indonesia telah menjalani latihan secara intensif demi mempersiapkan diri jadi pemenang.
(Fitra Iskandar)