AUSTIN – Kebangkitan Max Verstappen dan Red Bull yang mengejutkan telah menciptakan skenario terburuk bagi McLaren dalam perebutan gelar Formula 1 (F1) 2025. Hanya dengan enam seri tersisa, Verstappen kembali muncul sebagai ancaman nyata dari luar, sukses memangkas selisih poinnya dari pemimpin klasemen, Oscar Piastri, menjadi 63 poin usai F1 GP Singapura 2025.
Performa mengesankan Verstappen, yang mencakup dua kemenangan dalam tiga balapan terakhir dan finis kedua di Singapura, menunjukkan pergeseran signifikan dalam persaingan. Analis dan mantan pembalap F1, Johnny Herbert, menilai peningkatan ini sebagian besar disebabkan oleh perubahan di dalam tim.
Menurut Johnny Herbert, rahasia di balik kebangkitan Red Bull adalah penyesuaian yang didorong oleh umpan balik dari Verstappen sendiri. Herbert menyoroti tim kini tampaknya lebih mendengarkan apa yang disampaikan oleh pembalap bintangnya.
"Red Bull sekarang lebih mengakomodasi masukan Max. Apa pun yang terjadi sebelumnya dengan simulator drivers di Milton Keynes tidak berjalan baik untuk Max. Jadi, jelas ada perubahan, dan mereka menerapkan lebih banyak dari apa yang Max katakan, dan itu tampaknya menempatkan mereka dalam posisi yang baik,” jelas Herbert dikutip dari Crash, Selasa (14/10/2025).
Perombakan kepemimpinan di Red Bull, dengan Laurent Mekies menggantikan Christian Horner yang digulingkan pada Juli lalu, juga menjadi faktor kunci dalam peningkatan performa tim. Meskipun Mekies menolak mengambil pujian, Herbert yakin pergeseran ini telah menciptakan harmoni yang bagus di dalam paddock.
Bagi McLaren, momentum Red Bull ini adalah kabar buruk. Meskipun tim yang berbasis di Woking tersebut sebelumnya memiliki mobil yang dominan dan paling kompetitif, kebangkitan Verstappen kini berpotensi besar merugikan mereka.