"Selama pandemi, para insinyur Jepang tidak bepergian dan tidak menyadari lompatan teknologi besar yang dilakukan Ducati, KTM, dan Aprilia,” terang Cecchinello.
“Pabrikan Eropa merasa lebih mudah untuk bekerja dan, di sisi lain, Honda dan Yamaha menghentikan investasi. Mereka harus menghadapi masalah dengan ratusan ribu pekerja yang dikurung," imbuh mantan pembalap motor itu.
3. Tertampar
Setelah itu, Cecchinello mengatakan Honda kemudian baru mengerti ketika Marquez memutuskan pindah ke Gresini Racing pada akhir 2023. Kepindahan itu memberi tamparan keras untuk pabrikan tersebut.
"Honda kemudian lambat dalam memahami keseriusan situasi ini. Mereka akhirnya mengerti ketika Marc memutuskan untuk pergi. Ini merupakan tamparan keras yang diterima Honda,” tukas Cecchinello.
“Mereka mempunyai dua pilihan untuk merespons: mundur dari persaingan atau membereskan segalanya dan kembali melakukan investasi besar. Inilah yang sebenarnya terjadi," tandasnya.
(Wikanto Arungbudoyo)