TAVULLIA – Valentino Rossi mengungkapkan momen terburuk yang pernah dialaminya selama berkarier di MotoGP. Dia menjelaskan bahwa kematian Marco Simoncelli selalu menjadi periode yang sangat tidak menyenangkan selama menjalani balapan di dunia balap motor.
Pembalap berjuluk The Doctor tersebut melakukan wawancara dengan media Italia usai pensiun dari MotoGP. Dikutip laman Corsedimoto, Senin (22/11/2021), Rossi memengenang kematian Simoncelli menjadi momen terburuk sepanjang kariernya.

Momen buruk tersebut terjadi di sirkuit Sepang MotoGP Malaysia 2011. Rossi mengenang detik-detik kecelakaan yang saat itu juga melibatkan dirinya tersebut. Di mana berjalan normal seperti biasanya hingga insiden mematikan itu terjadi pada saat balapan baru memasuki putaran kedua.
Baca juga: Meski Baru Pensiun, Valentino Rossi Sepakat Kembali Tunggangi Motor Desmosedici Milik Ducati
Simoncelli yang awalnya bersaing ketat dengan Alvaro Bautista terjatuh dengan posisi tetap berada di motornya saat melewati sebuah tikungan. Rossi yang berada di belakangnya tidak bisa menghindari tabrakan.
Baca juga: Daftar Pembalap MotoGP 2022: Valentino Rossi Ambil Bagian dalam Bentuk Lain
Namun, Simoncelli mendapatkan benturan parah saat bagian belakang tubuhnya dihantam motor dari Colin Edward. Tabrakan itu cukup parah hingga helm pembalap Italia itu terlepas.
Setelah mendengar kabar bahwa kompatriotnya itu sudah tiada, Rossi menangis. Ia merasa kehilangan sahabat, saudara, hingga seorang pembalap dengan karakter unik di MotoGP.
“Saya akan selalu mengingat momen setelah kecelakaan di Malaysia sebagai salah satu yang terburuk dalam hidup saya,” ucap Rossi dalam wawancara tersebut.
Terlebih dari itu, Rossi mengungkapkan perasaan putus asa dan depresi yang dialaminya usai kejadian tersebut. Hal ini tidak akan pernah lepas dari ingatan sang legenda.

“Ketika saya kembali ke kantor saya dan menemukan diri saya bersama dengan Uccio dan Max, saya putus asa. Ini adalah salah satu momen ketika Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk melanjutkan, perasaan yang tidak akan pernah saya lupakan,” lanjutnya.
“Tetapi setelah itu bahkan lebih buruk karena kami kehilangan seorang pembalap hebat yang seharusnya memiliki karier hebat dan pertarungan hebat dengan pembalap terbaik, tapi saya kehilangan seorang teman baik,” tandasnya.
(Rachmat Fahzry)