KARANGANYAR - Sebanyak 289 perserta dari 863 orang pendaftar audisi pencarian bakat bulu tangkis yang digelar PB Djarum lolos ke Tahap Screening. Dari jumlah perserta audisi yang mayoritas adalah anak-anak berusia di bawah usia 13 tahun, ada satu orang peserta yang menyita perhatian publik pecinta bulu tangkis.
Pasalnya dari nama-nama perserta audisi, perserta yang berasal dari Kabupaten Karanganyar ini memiliki nama yang cukup unik. Peserta ini hanya memiliki satu huruf saja, dia adalah "N" (11). N adalah putra pasangan Wahono dan Partini, tercatat duduk di bangku sekolah dasar kelas IV.

Baca juga: Jadwal Wakil Indonesia di Final Prancis Open 2019
Wahono mengaku N, putra hasil perkawinannya yang kedua ini, sejak kecil sering sakit-sakitan. Bahkan, waktu masih berusia dibawah lima tahun, anaknya ini terkena gizi buruk dan sempat menjalani perawatan di RSUD Moewardi.
"N ini anak dari perkawinan saya yang kedua dengan Partini. Dari perkawinan pertama, anak saya ada dua, waktu nikah dengan Partini,Partini juga bawa anak dua. Terus lahir N. Jadi N ini anak kelima saya,"papar Wahono, Minggu (27/10/2019).
Menurut Wahono, ada cerita tersendiri mengapa anak kelima nya ini diberi nama N. Diakui oleh Wahono, beban hidup yang cukup berat, sempat membuat warga yang tinggal di Suruh Kalong, RT 4 Rw 7, Desa Pandeyan, Kecamatan Tasikmadu ini stres.
Karena mengharap ada jalan keluar untuk mengatasi kesulitannya, Wahono pun mulai melalang buana tidur ditempat-tempat angker, seperti kuburan maupun sendang.
Tak hanya itu saja, waktu istri keduanya mengandung N, Wahono pun selalu meminta istrinya untuk berpuasa. Bahkan, sewaktu N masih berusia tiga bulan, N sudah diajak dirinya untuk melaksanakan salat Tahajud ditiga masjid kuno yang diyakini sebagai peninggalan para Wali.
"N, sejak usia tiga bulan, sudah saya didik. Biar kalau sudah besar jadi orang gede (berpangkat). Ibunya waktu masih mengandung N sudah saya suruh puasa. Terus N sering saya bawa salat tahajud di tiga masjid," terang Wahono yang juga seorang guru olah raga.
Setiap pukul 23.00 WIB, dirinya bersama istrinya dan N keluar rumah menuju masjid untuk salat Tahajud. Tak hanya satu masjid, N pun diajak berkeliling masjid lainnya.
"Dari rumah berangkat setiap jam 23.00 WIB menuju masjid Kaliboto, di Mojogedang. Kemudian pindah ke masjid lainnya, dan baru pulang setiap jam 3 dini hari," paparnya.
Wahono mulai tak mengajak N saat N berada di sebuah masjid kuno, tiba-tiba menangisi cukup keras. Wahono beranggapan bila putranya itu menangis karena melihat mahluk gaib.
"Setelah itu saya sendiri yang terus ngelakoni (ritual) sendirian. Dari masjid ke masjid, sama tidur ditempat angker," terangnya.
Wahono mengaku, memberikan nama N karena dirinya terinsipirasi Bung Karno. Wahono berharap N bisa seperti bung Karno yang menjadi presiden meskipun namannya singkat.
"Bung Karno itu namannya singkat hanya Soekarno. Tapi bisa jadi orang gede (berangkat). Jadi saya ingin anak saya seperti bung Karno," paparnya.
Diakui oleh Wahono, nama putranya yang hanya N, membawa persoalan tersendiri bagi dirinya saat mendaftarkan putranya ke sekolah. Pasalnya, pihak sekolah selalu kebingungan bila menuliskan nama anaknya.
"Anak saya itu sekolah sudah pindah sampai tiga kali. Dan tiga sekolah, gurunya selalu kebingungan. Terus pas ke Surabaya naik kereta, nama anak saya tidak bisa satu huruf, keluarnya tiga nama dan semuanya N," terangnya.
Keikutsertaan N di audisi bulutangkis ini merupakan kali kedua. Pada tahun lalu, N gagal di babak awal. Ketertarikan N pada bulutangkis kemungkinan melihat kakaknya yang sudah terlebih dahulu terjun ke bulutangkis.
Sehingga, Wahono berharap, N bisa lolos hingga mampu masuk ke babak final dan bisa mengikuti jejak Kevin Sanjaya, pebulutangkis nasional yang menjadi idola anaknya.
"Ini keikutsertaan anak saya yang kedua. Semoga yang kedua ini, anak saya bisa lolos ke final. Biar kayak Kevin Sanjaya idolanya menjadi perbulutangkis nasional,"pungkasnya.
(Fetra Hariandja)