Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Komentar Jagoan Denmark Soal Melatih Indonesia

Rintani Mundari , Jurnalis-Senin, 24 Agustus 2015 |11:33 WIB
Komentar Jagoan Denmark Soal Melatih Indonesia
Joachim Fischer. (Foto: Okezone/Rintani)
A
A
A

Pecinta setia olahraga bulutangkis mungkin mengenal sosok Joachim Fischer Nielsen. Bersama pasangannya, Christinna Pedersen, Fischer - begitu ia disapa - membuat sektor ganda campuran Denmark menjadi salah satu kekuatan yang diperhitungkan dunia.

Saat kejuaraan BWF World Championship 2015 yang berlangsung pada 10-16 Agustus 2015, Okezone berkesempatan melakukan wawancara khusus dengan juara Indonesia Open Super Series Premier 2014 tersebut.

Dengan ramah dan senyum hangat, Fischer menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan. Ia juga mengisahkan awal berpasangan dengan Christinna di sektor ganda campuran yang akhirnya justru melambungkan namanya.

Tentang peta persaingan di sektor ganda campuran dan tips bagaimana regenerasi pemain Denmark dapat berjalan dengan baik. Kemudian menceritakan mengenai absennya ia dan empat pemain top Denmark di ajang bergengsi, Sudirman Cup.

Terakhir mengenai rencananya pensiun dari dunia yang membesarkannya. Berikut petikan wawancaranya:

Okezone (O): Sebelumnya Anda turun di nomor tunggal dan ganda putra. Tetapi nama Anda justru meroket setelah dipasangkan dengan Christinna. Bagaimana rasanya bermain di sektor ganda campuran?

Fischer (F): Saya mengenal Christinna sudah cukup lama. Saya dan Cristinna merupakan dua sosok yang berbeda, saya emosional dan Christinna sosok yang kalem dan tenang. Ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya, tetapi lama kelamaan kami menemukan cara bagaimana bekerja sama di balik perbedaan tersebut.

Kami baru menentukan untuk tetap bermain hingga Olimpiade 2016 satu bulan lalu. Kami masih merasa dapat meraih hasil yang baik dan menjadi pesaing, terutama bagi para pemain China dan Indonesia. Anda memiliki satu pasangan ganda campuran yang bagus dan ada beberapa pasangan lain yang semakin bagus tiap tahunnya. Kami mencoba bersaing dan terus berada di level atas.

O: Apa yang membuat Anda akhirnya fokus di ganda campuran bersama Christinna?

F: Sebenarnya saya tidak pernah bermain di sektor ganda campuran sebelum 2007. Saya hanya bermain di single dan ganda putra. Salah satu pelatih Denmark mengatakan kepada saya untuk bermain di nomor ganda campuran. Dalam hati saya berkata ‘Tidak, saya tidak bermain untuk ganda campuran, saya tidak mau, dan saya tidak suka’. Awalnya saya juga menolak. Aneh rasanya bermain di ganda campuran.

Terkadang emosi saya selalu tinggi bila bermain dengan perempuan. Tetapi pelatih bersikeras ingin melihat saya main di ganda campuran. Perlahan pelatih menemukan cara untuk mengontrol emosi saya. Saat itu Christinna masih muda, tetapi dia sosok yang gigih dan pekerja keras. Saya mencari pasangan sepertinya dan hal itu pula yang membuat saya bersedia bermain dengannya. Tahun 2008 kami memutuskan untuk tampil di berbagai turnamen, hingga sekarang dan meraih hasil yang bagus.

O: Seperti apa regenerasi ganda campuran di Denmark?

Denmark sakan menemukan pemain baru, tetapi butuh waktu beberapa tahun. Di Denmark kami selalu bekerja keras di badminton dan terus berusaha menciptakan pemain baru. Itu sebabnya para pemain tua tetap bermain untuk jangka waktu yang lama agar para pemain muda bisa bermain bersama kami dan menimba pengalaman. Setelah itu, pemain tua bisa pensiun dan generasi baru sudah siap untuk main. Semoga hal itu dapat terus berlanjut.

Bagi saya, saya selalu mencintai Denmark. Di Denmark, kami tahu bagaimana caranya menciptakan pemain baru yang kuat. Dan untuk saya, pergi ke negara lain untuk melatih merupakan sebuah peluang yang bagus sekaligus tantangan berat.

O: Mathias Boe/Carsten Mogensen juga telah memasuki usia senja. Siapa yang akan menjadi penerus mereka?

F: Kami memiliki Mads Conrad Pedersen/Mads Pieler Kolding. Kemampuan mereka kian membaik di setiap waktunya. Mereka juga mendapat pengalaman karena berlatih bersama saya dan Mogensen/Boe. So, saya pikir mereka sudah siap menggantikan peran tiga pemain tua ini ketika sudah tidak lagi bermain. Selain itu, saya percaya mereka kini siap mengambil tantangan.

O: Indonesia seolah kesulitan menemukan tunggal putra dan putri yang bagus. Tak demikian di Denmark, apa tipsnya?

F: Seperti yang saya katakan sebelumnya, kami selalu membiarkan para pemain senior tampil selama mungkin, kami tidak membiarkan mereka pergi. Misalnya Peter Gade bermain untuk jangka waktu yang lama. Hans Kristian Vittinghus, Jan O Jorgensen, Victor L Axelsen, mereka bermain bersama Peter Gade. Ketika Gade gantung raket, maka para pemain muda siap menggantikan peran tersebut.

Seperti itu kami mencoba membangun sistem regenerasi dengan mempertahankan pemain top selama mungkin, sehingga generasi muda bisa berlatih bersama dengan pemain top tersebut dan menimba pengalaman dari Gade. Itu salah satu alasan dari regenerasi pemain di Denmark.

Sementara di Indonesia, banyak dari para pemain yang keluar dari pelatnas dan memilih berkarier secara independen (profesional). Kami tidak melakukan itu di Denmark. Kami selalu mencoba menjaga kebersamaan.

O: Bisakah Anda menjelaskan apa yang terjadi dengan tim Denmark di Sudirman Cup, sehingga lima dari pemain unggulan memutuskan absen?

F: Lima pemain top Denmark (Mathias Boe, Carsten Mogensen, Christinna Pedersen, dan Kamilla Rytter Juhl), dan saya termasuk salah satunya, sudah memiliki sponsor yakni sebuah perusahaan kue bernama Kjedlsens yang telah mendukung dan memberikan dana kepada kami selama beberapa tahun terakhir. Tentu saja, kami harus loyal terhadap mereka.

Namun, federasi bulutangkis di Denmark menjalin kerjasama dengan perusahaan kue lain di ajang Sudirman Cup, yakni Danisa yang merupakan pesaing dari Kjedlsens. Kami mengatakan kepada federasi bahwa kami tidak dapat bermain menggunakan kaos dengan sponsor tersebut. Kami setia kepada Kjedlsens karena tanpa dana dan dukungan mereka, kami tidak memiliki kesempatan bermain dan mengikuti berbagai turnamen. Dana yang diberikan federasi kepada kami sangat kecil, dana tersebut bahkan tidak cukup untuk membeli tiket pesawat. Itu alasannya mengapa kami begitu setia kepada sponsor lama.

Setelah gelaran Sudirman Cup, kami menemukan solusi untuk masa depan. Kami tidak akan menggunakan logo sponsor untuk turnamen berikutnya. Bukan berarti kami akan mengenakan logo dari sponsor baru, melainkan kami akan bermain dengan menggunakan jersey tanpa logo sponsor.

O: Rencananya Anda akan segera gantung raket. Apa yang akan Anda lakukan setelah itu?

F: Well, saya sudah memiliki dua anak dan selama bertahun-tahun saya bepergian. Anak saya yang paling besar sudah mulai sekolah. Bila saya pensiun nanti, yang ingin saya lakukan adalah menghabiskan waktu bersama keluarga, sebab sebelumnya sering meninggalkan mereka.

Selain itu, saya juga berpikir untuk menjadi pelatih. Mungkin tidak di Denmark. Saya mendapat kontak dari beberapa negara, termasuk Malaysia dan beberapa negara di Eropa. Menjadi pelatih tampaknya akan menyenangkan. Saya memiliki beberapa ide, tetapi saya belum tahu masa depan akan seperti apa, lihat saja apa yang terjadi nanti.

O: Apa yang akan dilakukan Christinna, ketika Anda gantung raket?

F: Saat ini Christinna tinggal di Kopenhagen. Sementara dia berasal dari Aalborg, sebuah kota yang berada jauh dari Kopenhagen. Saya pikir dia akan pulang ke kampung halamannya, menghabiskan waktu bersama keluarga, dan mungkin memiliki anak. Bila saya pensiun, mungkin Christinna juga akan mengambil langkah yang sama. Dia memang belum terlalu tua (29 tahun), tetapi ia ingin berkeluarga. Mungkin juga, dia akan tetap bermain untuk satu dua tahun lagi, baru kemudian pensiun.

O: Bagaimana nasib ganda campuran Denmark, bila Anda pensiun? Bukan tak mungkin China akan menguasai nomor ini?

F: Itu merupakan masalah yang dihadapi saat ini. Mereka memiliki sekitar enam hingga tujuh pasangan yang memiliki peluang menembus ranking 10 besar dunia, mereka sangat kuat. Selebihnya hanya satu pasangan Korea Selatan, Denmark, dan Indonesia yang dapat menantang dominasi China. Indonesia masih memiliki Praveen Jordan/Debby Susanto yang semakin baik. Tetapi, saya pikir dominasi China akan menjadi tantangan besar saat ini. Mereka tahu bagaimana caranya bermain di nomor ini.

Beberapa tahun lalu, China mungkin hanya memiliki dua pasangan yang kuat. Tetapi saat ini, mereka punya enam hingga tujuh pasangan yang bisa menembus ranking 10 besar. Ini menjadi tugas berat bagi Denmark dan Indonesia, serta negara lain untuk bisa mengejar China. Dan tak lama lagi Liliyana Natsir juga pensiun, Indonesia akan mendapat masalah di sektor ganda campuran.

China memiliki empat pasangan ganda campuran yang menempati urutan enam besar. Saya dapat katakan bahwa saat ini ganda campuran adalah nomor terkuat dari China. Di tunggal putra juga kuat, tetapi masih ada pemain yang dapat bersaing. Begitu juga di sektor tunggal putri, ganda putra, juga ganda putri. Tetapi Anda (Indonesia) sekarang memiliki ganda putri yang dapat bersaing dengan China, tentu bila mereka menampilkan permainan terbaik.

O: Apakah ada tawaran dari Morten Frost Hansen (legenda Denmark yang kini melanjutkan karier sebagai pelatih) di Malaysia?

F: Saya bisa katakan bahwa Frost adalah teman baik saya. Saya mengenalnya dengan baik dan dia melatih saya saat kecil. Jika suatu hari nanti ia meminta saya untuk bergabung dengannya dan saya dapat membawa serta keluarga, mungkin saya tertarik. Tetapi, jika ada tawaran dari Indonesia, saya pasti terima (sambil tertawa).

O: Bila ada tawaran PBSI, apakah Anda akan menerimanya?

F: Saya rasa saat ini Indonesia tidak membutuhkan saya (sambil tertawa), tim Indonesia kian bertambah kuat. Sementara Malaysia saat ini butuh pemain baru, khususnya di sektor ganda putra agar semakin kuat dan mungkin saya bisa membantu. Tetapi jika suatu saat Indonesia mengajukan tawaran, tentu saya akan tertarik. Let’s see.

O: Bagaimana jika tawaran dari Malaysia dan Indonesia datang di waktu yang sama? Mana yang akan Anda pilih?

F: Sulit bagi saya memilih, karena selama berkarier di dunia bulutangkis, saya selalu tampil baik di Malaysia dan Indonesia. Saya cinta dua negara ini, mereka kerap mendukung saya dan Christinna. Maka dari itu kami selalu senang setiap kali datang ke Malaysia dan Indonesia. Orang-orangnya juga ramah. Jika suatu hari nanti dua tawaran tersebut datang di waktu yang sama, akan menjadi tantangan berat bagi saya untuk menentukan pilihan.

O: Seberapa jauh pencapaian Anda di Kejuaraan Dunia?

Saya hanya mampu meraih dua medali perunggu. Dan mungkin ini merupakan Kejuaraan Dunia terakhir, maka dari itu saya membutuhkan banyak dukungan. Sayang, saya harus menghadapi pasangan Indonesia. (Langkah Fischer/Christinna harus terhenti di babak perempatfinal setelah dikalahkan, Praveen Jordan/Debby Susanto lewat rubber set).

O: Saat Anda menghadapi pasangan Indonesia, pendukung di Istora Senayan akan meneriaki Anda sebagai lawan. Apakah itu mengganggu?

F: Tidak. Ini justru memotivasi kami untuk tampil sebaik mungkin. Bagi saya, bulutangkis adalah sebuah tantangan besar dan bermain di bawah dukungan luar biasa membuat saya tertantang. Saya tahu betapa luar biasanya dukungan fans untuk para pemain Indonesia. Saya menghormati itu.

O: Mengapa suasana stadion di Eropa begitu hening? Hal ini bertolak belakang dengan di Asia?

F: Saya juga tidak tahu pasti. Oleh karena itu kami menyukai bermain di Indonesia dan Malaysia, karena dua negara ini begitu mencintai bulutangkis. Dan ketika kami mengetahui Kejuaraan Dunia 2015 digelar di Indonesia, kami semua sangat senang. Itu juga menjadi pengalaman dan tantangan hebat, karena Istora adalah tempat yang gila dan tidak mudah bermain di stadion dengan dukungan fans yang spektakuler.

O: Terakhir, siapa inspirasi Anda baik di luar maupun dalam lapangan?

F: Tentu saja yang pertama adalah keluarga, terutama dari kedua anak saya. Saya selalu bepergian jauh, sehingga tidak bisa hanya meninggalkan anak saya di rumah tanpa meraih prestasi. Inilah motivasi terbesar saya dan berusaha sekuat tenaga untuk memenangkan pertandingan sebanyak yang saya bisa.

Selain itu, saya mengidolai sosok Poul Erik Hoyer Larsen. Dia mantan tunggal putra Denmark yang pernah menjuarai Olimpiade dan sekarang menjadi Presiden BWF. Dan saat saya beranjak dewasa, tentu saja Peter Gade yang kini menjadi teman.

(Fajar Anugrah Putra)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement