“Sebenarnya bisa saja sih pemain Indonesia begitu (ikut turnamen beruntun), namun setahu saya pernah paling banyak empat minggu, sebulan, paling banyak. Bukan karena apa, pemainnya tidak tahan, dipaksakan juga percuma. Orang-orang selalu berasumsi fisiknya habis. Bukan fisiknya, namun fokus dan konsentrasinya yang habis,” jelas Herry IP, melansir dari laman resmi PBSI, Selasa (23/4/2019).

“Kalau pemain itu fokus dan konsennya sudah habis, ya tidak bisa main. Kelihatan banget, tidak bisa baca bola. Iya seperti Fajar/Rian di Tong Yun Kai Cup, waktu main sekali saya sudah bilang, sudah tidak bisa tahan, sambungan, dan buangan bolanya tidak tahu ke mana, ibaratnya sudah low bat, harus di-charge dulu. Yang paling sulit di situ. Kalau fisik mungkin masih bisa ditahan. Pusatnya di fokus. Fokusnya habis, semuanya hilang, mati lampu. Selesai, tidak bisa ngapa-ngapain,” lanjutnya.
(Fetra Hariandja)