“Saya tidak tahu apa artinya denda itu naik menjadi 1 juta euro, tapi itu terdengar konyol. Maksudku, Charles (Leclerc) bisa saja memberikan arlojinya untuk itu, tapi aku akan menghilang, tidak pernah ditemukan lagi,” ucap Magnussen.
Salah satu motivasi FIA untuk melakukan peningkatan ini adalah kesenjangan yang ada antara nilai denda dan kekuatan pendapatan beberapa nama besar olahraga tersebut. Contohnya adalah, Hamilton yang didenda sebesar 50 ribu euro (Rp838 juta), setengahnya ditangguhkan, karena melewati batas trek di GP Qatar 2023 lalu, jumlah yang relatif sangat kecil bagi seorang pembalap yang menurut perkiraan Forbes akan menghasilkan USD65 juta (Rp 1,03 triliun) tahun ini.
Ada juga kekhawatiran bahwa denda tersebut tidak memberikan pesan yang tepat sehubungan dengan seberapa serius FIA mempertimbangkan masalah keselamatan para pembalap. Meski menerima kesalahannya atas insiden di Qatar, Hamilton menyebut hanya akan membayar denda sebesar 1 juta euro itu jika uangnya digunakan untuk kemajuan F1.
“Jika menyangkut hal-hal seperti ini, kita benar-benar perlu memikirkan pesan yang ingin disampaikan kepada mereka yang menontonnya. Jika mereka (pembalap) akan didenda 1 juta Euro, pastikan 100 persen denda tersebut ada gunanya,” jelas Hamilton.
“Ada banyak uang di industri ini dan masih banyak lagi yang perlu kita lakukan dalam hal menciptakan aksesibilitas yang lebih baik, keberagaman yang lebih baik, lebih banyak peluang bagi orang-orang yang biasanya tidak memiliki kesempatan untuk terjun ke dunia olahraga seperti ini. Begitu banyak penyebab di seluruh dunia. Itulah satu-satunya cara mereka mendapatkan uang sebesar itu dari saya,” tambahnya.
(Reinaldy Darius)