STOCKHOLM – Ajang Formula 1 (F1) 2021 terus mendapat sorotan lebih, meski sudah rampung digelar. Pasalnya, ada banyak kontroversi yang tersaji di ajang tersebut. Bahkan, eks pembalap F1 era 1980-an, Stefan Johansson, menyebut ajang balapan F1 semakin mirip dengan acara gulat Amerika Serikat, WWE.
Johansson berkaca dari beberapa balapan terakhir yang menunjukkan kontroversi dalam perhelatannya. Sebagai contoh adalah F1 GP Abu Dhabi yang memperlihatkan kontroversi terang-terangan.
Sebagaimana diketahui, kontroversi dalam balapan penentuan di Sirkuit Yas Marina, Uni Emirat Arab itu masih segar dalam ingatan. Perebutan gelar juara antara Max Verstappen (Red Bull Racing) dan Lewis Hamilton (Mercedes AMG Petronas) berakhir antiklimaks.
BACA JUGA: Max Verstappen Sabet Gelar Juara F1 2021, Sosok Ini Dinilai Paling Berjasa
Bagaimana tidak, Hamilton yang sudah selangkah lagi menjadi jawara dunia kedelapan kali harus pupus lantaran ada sebuah insiden, yang kemudian ditutup dengan drama Safety Car. Hal ini menimbulkan tanda tanya bagi Johansson.
BACA JUGA: Kerap Dibandingkan, Red Bull Anggap Max Verstappen Lebih Kuat dari Vettel
Menurutnya, F1 lebih mementingkan hiburan ketimbang menegakkan aturan. Tak pelak, mantan pembalap asal Swedia itu menyebut ajang balapan F1 semakin mirip dengan WWE yang mementingkan aspek hiburan.
“Pada akhirnya, saya pikir Max (Verstappen) dan Lewis (Hamilton) pantas memenangkan gelar tahun ini,” kata Johansson dikutip dari Planet F1, Kamis (6/1/2022).
“Mereka berdua melaju pada level yang tinggi dan kedua tim mereka beroperasi pada level yang sama tinggi, dan itu akan menjadi akhir yang luar biasa untuk tahun ini jika diputuskan adil dan jujur di arena pacuan kuda,” tambahnya.
“Tapi, jika ini arahnya akan berlanjut, di mana hiburan datang sebelum olahraga, saya pikir kita memasuki wilayah yang sangat berbahaya, saya tidak suka melihat F1 berubah menjadi versi Motorsports dari WWF (sekarang dikenal sebagai WWF, dulu WWE), di mana itu hanya pertunjukan dan olahraga adalah yang kedua dari hiburan,” sambungnya.
Lebih lanjut, Johansson mengatakan khawatir dengan masa depan ajang balapan F1 jika terus diselimuti kontroversi dan mementingkan aspek hiburan. Dengan tegas, ia menyatakan sangat benci melihat para pembalap seperti komedian yang tugasnya menghibur, ketimbang berkompetisi.
“Saya pikir penting untuk menemukan keseimbangan yang baik ke depan, saya menghargai media sosial dan pemasaran dari setiap sudut yang mungkin adalah penting, tetapi saya akan benci melihat pengemudi berubah menjadi semacam komedian dan badut daripada pemuda pemberani melakukan hal mereka seharusnya lakukan,” tandasnya.
(Djanti Virantika)