Ajakan orang-orang terdekatnya untuk mengikuti kajian Ustad Hanan Attaki telah mengubah Pevi menjadi sosok yang lebih baik.
“Dulu Saya sangat minim pengetahuan tentang agama sejak saya kecil. Sejak SMP saya sudah hidup mandiri sendiri. Alhamdulillah Allah masih baik ketika itu sama saya, sehingga allah memberikan rizki yang sangat melimpah ketika saya SMA,” cerita Pevi di sebuah postingan instagram, Minggu (5/12/2021).
“Saya berpikir bahwa semua itu adalah murni hasil jeri payah saya sendiri tanpa melibatkan Allah didalamnya. Semakin hitamnya hati saya sampai-sampai saya tidak suka kalau ngedenger Adzan," lanjutnya.
“2012 kang inong ini selalu mengajak saya untuk datang ke majelis taqlim. Ketika saya diajak kurang lebih 6 bulan lamanya saya selalu diajak kang inong tapi saya selalu menolaknya. Suatu saat saya mulai ada rasa malu karena selalu menolak. Akhirnya saya datang ke masjid itu dan yang ada dipikiran saya semuanya salah. Karena saya berpikiran sangat negatif terhadap hal-hal seperti itu,” terang Pevi.
“Ketika itu saya sholat magrib diimami ustadz Hanan lalu saya meneteskan air mata. Imam yang membuat pertama kali saya menangis ketika sholat. Walaupun ketika itu tidak tau apa artinya. Setelah itu saya mulai mengikuti kajiannya,” tambahnya.
“Dari situ saya mulai mengetahui apa itu sharing dakhwah atau yangg sering disebut ceramah taqlim. Hari demi hari saya selalu mengikuti kajian ustadz Hanan. Dan akhirnya saya sangat tersentuh oleh ceramah-ceramahnya beliau yangg selalu sangat membukakan mata hati dan wawasan saya tentang agama Bahkan sampai saya rela mengikuti kemanapun beliau mengisi ceramah,” jelas Pevi.
“Ustadz hanan lah yg selalu mengajarkan ‘Seburuk-buruknya orang belum tentu kita lebih baik. Sebaik-banyaknya kita belum pasti orang itu buruk di hadapan Allah SWT’. Terima kasih banyak ustadzku, guruku, kakakku, dan sahabatku,” tutupnya.
(Rivan Nasri Rachman)