Belum sampai di situ, Indonesia pun menantikan emas kedua yang masih belum tahu akan dipersembahkan oleh Ardy atau Alan. Ardy sendiri menjadi nama yang difavoritkan, karena menempati unggulan 3/4. Akan tetapi, hal tersebut tak membuat Alan menyerah. Seakan termotivasi dengan jejak sang kekasih, Alan mampu mengawinkan emas Olimpiade bersama Susy setelah memenangi pertandingan atas Ardy dengan skor 15-12 dan 18-13.
Momen itu bahkan menjadi momen yang tak terlupakan karena tidak hanya membanggakan bagi Indonesia, tetapi keduanya. Alan-Susy pun kerap disebut ‘Pengantin Olimpiade’ yang pada akhirnya pasangan kekasih untuk meneruskan hubungan hingga ke jenjang pernikahan pada lima tahun berikutnya.
Kejayaan bulu tangkis Indonesia itu pun mengantarkan Merah Putih duduk di posisi 24 klasemen akhir dengan koleksi dua emas, dua perak dan satu perunggu. Kelima medali tersebut pun semuanya dipersembahkan melalui bulu tangkis. Dua perak dipersembahkan Ardy dan ganda putra Eddy Hartono/Rudy Gunawan. Serta satu perunggu dipersembahkan Hermawan Susanto di nomor tunggal putra.
Keberhasilan itu membuat nama Indonesia kian diperhitungkan di Olimpiade. Sejak saat itu, tradisi emas Indonesia di Olimpiade tidak pernah terlewatkan dari cabor bulu tangkis. Akan tetapi, pada Olimpiade 2012, Merah Putih harus gagal melanjutkan tradisi emas tersebut, sebelum akhirnya dikembalikan lagi pada 2016 lewat pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Olimpiade Rio Janeiro.
(Mochamad Rezhatama Herdanu)