JAKARTA- Praktik olahraga elektronik (esport) berkembang sangat pesat. Bahkan, kini banyak bermunculan atlet-atlet esport yang diakui secara profesional.
Banyak yang menyebut bahwa Esport hanyalah bentuk awal dari konsep olahraga virtual. Ke depan, aktivitas olahraga akan dilakukan dalam dunia metaverse yang saat ini sedang dikembangkan oleh Mark Zuckerberg sebagai transformasi dari Facebook.
Dalam peluncuran Horizons Global Metaverse Index ETF (MTAV),Steve Hawkins, CEO Horizons ETFs mengatakan MTAV akan menjadi dana yang diperdagangkan di bursa berbasis indeks pertama di Kanada berfokus pada peluang metaverse yang muncul. Indeks ini dirancang untuk memberikan paparan global, perusahaan publik yang berpotensi berdiri untuk mendapatkan keuntungan dari adopsi dan penggunaan teknologi diharapkan tumbuh dan mendukung fungsi metaverse. Salah satunya adalah perusahaan yang terlibat dalam penyediaan, pengembangan, dan distribusi teknologi, infrastruktur, dan perangkat keras yang digunakan untuk pembuatan, streaming, dan konsumsi konten game dan esports online.
Baca juga: Indonesian Esports Awards Kembali Tayang di GTV
"Ini termasuk pengembangan game online, produksi peralatan game, serta, penyediaan layanan dan platform yang diperlukan untuk berfungsinya ekosistem game yang diharapkan menjadi pusat metaverse," seperti dikutip dalam laman resmi thebusinessofesports.com.
Semenara itu, Alex Fletcher, Pendiri Grup Esports dalam wawancaranya dengan Forbes menilai bahwa Video game di metaverse adalah judul game yang saling berhubungan dan ruang sosial yang berkomunikasi satu sama lain. Dia mengatakan bahwa saat ini, video game tidak beroperasi seperti metaverse karena tidak ada insentif finansial untuk melakukannya.
Baca juga: Ini Deretan Tim Esports Indonesia yang pernah Menjuarai Kompetisi Dunia
Setelah blockchain atau entitas pihak ketiga memungkinkan game untuk berbicara satu sama lain, maka video game dapat mulai terhubung ke metaverse. Teknologi Blockchain memiliki potensi untuk memberdayakan esports di metaverse. Namun, Steam Valve baru-baru ini memblokir semua game blockchain dari platformnya.
"Jadi saya pikir kami memiliki cara untuk melakukannya. Sampai saat ini, saya hanya melihat perusahaan game yang lebih kecil menggunakan blockchain," ungkapnya.
Alex menjelaskan Esports Group membantu merek dan pemasar terhubung dengan audiens game online di seluruh dunia. Penerbit game ini tidak melihat titik sentuh konsumen, permintaan. Saat ini. Permainan dibuat sebagai alam semesta yang berdiri sendiri. Mereka tidak merancangnya sedemikian rupa sehingga apa pun yang terjadi di dalam game menyentuh dunia nyata.
"Penerbit memegang semua kekuasaan sekarang. Game yang menjadi sangat besar dan dibangun di atas blockchain mungkin memiliki dampak bola salju. Namun, saat ini, pendapatan didorong oleh puncak piramida dan sampai anak laki-laki besar seperti Valve dan Activision Blizzard bergabung dengan visi metaverse, itu tidak akan mungkin terjadi," pungkasnya.