Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Silangkan Tangan di Podium, Atlet Tolak Peluru Ini Diselidiki Komite Olimpiade Internasional

Antara , Jurnalis-Selasa, 03 Agustus 2021 |02:01 WIB
Silangkan Tangan di Podium, Atlet Tolak Peluru Ini Diselidiki Komite Olimpiade Internasional
Raven Saunders atlet asal Amerika Serikat. (Foto/Reuters)
A
A
A

TOKYO - Komite Olimpiade Internasional (IOC) sedang menyelidiki sikap yang dilakukan atlet AS Raven Saunders. Peraih medali perak tolak peluru itu mengangkat tangannya dalam tanda X di atas kepalanya saat di podium, yang dinilai berpotensi melanggar aturan.

Juru bicara IOC Mark Adams, dikutip dari Reuters, mengatakan telah menjalin kontak dengan World Athletics, badan pengatur internasional untuk olahraga tersebut, dan Komite Olimpiade dan Paralimpiade Amerika Serikat.

Foto/Reuters

IOC bulan lalu melonggarkan aturan Rule 50, yang melarang atlet melakukan protes. Namun, kini memungkinkan mereka untuk membuat gerakan di lapangan, asalkan mereka melakukannya tanpa mengganggu jalannya pertandingan dan tetap menghormati sesama kompetitor.

Baca juga: Keren! Momen Greysia/Apriyani Ajak Pasangan China dan Korsel Saling Berpelukan di Podium Olimpiade Tokyo 2020

Namun, ancaman sanksi tetap ada jika ada protes yang dilakukan di podium saat upacara penyerahan medali.

Baca juga: 5 Catatan Menarik Greysia Polii/Apriyani Rahayu Raih Emas di Olimpiade Tokyo 2020: Nomor 1 Momen Keren

Saunders membuat gerakan di podium setelah mengambil medali Olimpiade perdananya, Minggu.

"Biarkan mereka mencoba dan mengambil medali ini," kata Saunders dalam unggahan media sosial Minggu malam.

"Saya berlari melintasi perbatasan meskipun saya tidak bisa berenang," tulisnya di Twitter, mengakhiri posting dengan emoji wajah dengan air mata tawa.

Isyaratnya tersebut untuk mendukung mereka yang tertindas, yang dia tunjukkan dengan mencuitkan ulang artikel di mana dia menjelaskan arti dari tanda X tersebut.

"Ini persimpangan di mana semua orang yang tertindas bertemu," kata Saunders seperti dikutip dalam artikel tersebut.

Setelah meraih medali, Saunders berharap dapat terus menginspirasi dan memotivasi komunitas LGBTQ, Afrika Amerika, orang kulit hitam di seluruh dunia, dan mereka yang berjuang dengan kesehatan mental.

Dia sebelumnya berbicara soal kesehatan mental yang dialaminya, juga mengungkapkan bahwa dia menderita serangan depresi.

Olimpiade Tokyo menjadi saksi dari sejumlah protes, termasuk kapten tim hoki putri Jerman yang mengenakan ban lengan dalam warna pelangi dalam solidaritas dengan komunitas LGBTQ selama pertandingan tim.

Tim sepakbola putri Australia membentangkan bendera Aborigin, yang merupakan penduduk asli Australia, sebelum pertandingan pembukaan mereka, dan beberapa tim putri lainnya berlutut sebagai tanda menentang ketidaksetaraan rasial.

Pesenam Kosta Rika Luciana Alvarado mengangkat kepalan tangan sambil berlutut saat pertandingan, untuk mendukung kesetaraan ras.

(Rachmat Fahzry)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement