Perfeksionis yang pemalu
Ibunya orang Jepang sementara ayahnya berasal dari Haiti. Ia lahir di Jepang namun hampir sepanjang hidupnya tinggal di Amerika.
Nama Osaka melambung dalam beberapa bulan terakhir setelah untuk pertama kalinya juara di Indian Wells.
Dan kini, catatan prestasinya makin mengkilap setelah juara di AS Terbuka, mengalahkan idolanya ketika kecil, Serena Williams.
Ia meniti karier di dunia tenis profesional dengan tekun, sementara pada saat yang sama menghadapi stereotip tentang identitas dan ras.
Jepang dikenal punya masalah dengan keberagaman. Survei yang dilakukan oleh Kementerian Kehakiman pada 2016 menunjukkan hampir sepertiga warga asing pernah menerima perkataan yang bersifat menghina.
Sekitar 40% warga asing juga mengatakan mengalami diskriminasi ketika menyewa rumah.
Ariana Miyamoto, model berdarah campuran yang memenangkan lomba kecantikan di Jepang pada 2015, menjadi korban pelecehan rasial karena dia dianggap "tak memiliki wajah Jepang yang sebenarnya".
Seperti Naomi Osaka, salah satu orang tua Miyamoto berkulit hitam. Yang berbeda, sejauh ini Osaka belum menghadapi pelecehan seperti yang pernah dialami Miyamoto.
Publik Jepang mendukung Osaka saat ia bertanding di lapangan dan beberapa perusahaan sudah mengontrak Osaka untuk menjadi bintang iklan.
Organisasi tenis Jepang mengatakan Osaka diharapkan menyumbang medali di ajang Olimpiade 2020 di Tokyo.
Meski demikian, beberapa petenis Jepang menganggap Osaka petenis yang "tidak memiliki darah Jepang murni".
"Saya tak merasa saya orang Amerika. Saya mengerti dan bisa berbicara bahasa Jepang. Saya tumbuh di tengah budaya Jepang dan Haiti," kata Osaka kepada The New York Times bulan lalu.
Ia menambahkan kalau selama ini tak sering berbicara memakai bahasa Jepang di depan umum, itu karena ia pemalu dan ia merasa dirinya perfeksionis.