Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Lorenzo Disebut Tak Miliki Insting seperti Stoner

Hendry Kurniawan , Jurnalis-Kamis, 21 Desember 2017 |11:15 WIB
Lorenzo Disebut Tak Miliki Insting seperti Stoner
Casey Stoner dan Jorge Lorenzo (AFP)
A
A
A

BOLOGNA – Kekecewaan harus didapat Tim Ducati Corse pada gelaran MotoGP 2017, lantaran pembalap anyar mereka, Jorge Lorenzo, gagal memberikan performa terbaiknya. Digadang-gadang bakal sesukses Casey  Stoner, Lorenzo justru tampil di bawah ekspektasi.

Berbekal gelar juara dunia MotoGP sebanyak tiga kali, Lorenzo pada awalnya diharapkan mampu mengangkat performa Tim Ducati yang dalam beberapa musim terakhir tampil melempem. Namun nyatanya, di musim ini Lorenzo justru terpuruk dengan menyudahi musim di posisi ketujuh klasemen akhir.

(Baca juga: Lorenzo Pasang Target Jadi Juara di MotoGP 2018)

Dengan performa buruk di musim perdana tersebut, banyak pihak pun menyangsikan jika Lorenzo mampu menyamai capaian Stoner yang menjadi juara dunia MotoGP 2007 bersama Ducati. Menanggapi hal tersebut, salah satu kru Lorenzo, Cristian Gabarrini, mempunyai penilaian tersendiri.

Menurut Gabarrini, Lorenzo merupakan tipikal pembalap yang berbeda dibandingkan Stoner. Meski kedua pembalap tersebut diakuinya sama-sama memiliki talenta luar biasa di dunia balap, namun cara Stoner dan Lorenzo balapan dan memahami situasi berbeda.

Gabarrini menerangkan bahwa Stoner lebih menggunakan instingnya saat balapan ketimbang Lorenzo. Jadi, ketika pada suatu balapan dan secara tiba-tiba mengalami permasalahan, maka dalam balapan tersebut juga Stoner akan bereaksi cepat untuk menangani permasalahan, belajar memahami situasi berdasarkan insting.

“Mereka serupa dalam hal bakat. Mereka berdua terlahir untuk mengendarai motor. Namun, mereka berbeda dalam hal karakter dan dalam cara mereka melakukan pendekatan terhadap pekerjaan mereka,” jelas Gabarrini, menukil dari Motorsport, Kamis (21/12/2017).

“Casey merupakan pembalap dengan insting, dia hanya membutuhkan beberapa tikungan untuk memahami sesuatu dan tidak cenderung membutuhkan banyak putaran. Jorge kurang menggunakan instingnya, dan lebih mengandalkan metode kerjanya,” lanjut Gabarrini.

“Jorge sangat teliti dan cermat, dan juga sangat sensitif dengan umpan balik motornya,” pungkasnya.

Gabarrini merupakan kru dari Stoner saat menjadi juara dunia MotoGP 2007 bersama Ducati. Kemudian, saat Stoner hengkang ke Honda pada 2011, Gabarrini menemani hengkang. Di musim pertamanya bersama Honda, Stoner pun langsung menjadi juara dunia. Saat Stoner pensiun di pengujung 2012, Gabarrini tetap bertahan di Honda. Ia baru kembali ke Ducati lagi pada awal musim ini untuk menjadi kru Lorenzo.

(Ramdani Bur)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement