JAKARTA – Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia yang baru saja memutuskan gantung raket, Lindaweni Fanetri, mengaku selalu menangis jika mengingat momen BWF Super Series Final 2015 yang saat itu berlangsung di Jakarta. Kala itu dirinya berhasil meraih medali perunggu tunggal putri untuk Indonesia, setelah 20 tahun tunggal putri Indonesia selalu gagal merebut medali di BWF Super Series Final .
“Momen terbaik pasti di BWF Super Series Final 2015, saya masih suka menangis kalau ingat itu. Saat itu saya dapat wild card dan sempat jadi masalah karena saya geser senior saya, padahal saya sudah pasrah, saya tahu saya tidak lolos dan tidak mau paksakan, juga tapi saya mendapat kesempatan untuk main. Saya merasa itu kesempatan dan tanggung jawab untuk memberikan yang terbaik. Alhamdulilah bisa perunggu,” ungkap Lindaweni, mengutip dari laman resmi PBSI, Jumat (23/12/2016).
Lindaweni saat itu bersama Maria Febe Kusumastuti menjadi wakil Indonesia di nomor tunggal putri pada BWF Super Series Final 2015. Namun, tak disangka Lindaweni berhasi melangkah ke semifinal dan menyabet medali perunggu untuk Indonesia.
“Mungkin orang lihat hanya perunggu tetapi itu emas buat saya. Karena untuk mendapatkan itu tidak bisa dibayar dengan uang tetapi dengan kerja ekstra keras, team work, dan usaha yang maksimal,” ungkapnya kembali.
Pebulu tangkis yang pernah menempati ranking 11 dunia itu telah melayangkan surat resmi pengunduran diri dari pelatnas PBSI per 21 Desember 2016 untuk gantung raket. Tunggal putri pelatnas kini tinggal berharap kepada junior-juniornya untuk terus bisa berprestasi di kancah internasional, seperti Fitriani, Hana Ramadhini, Dinar Dyah Ayustine dan Gregoria Mariska .
(Pidekso Gentur Satriaji)