"Saat diminta mendiskripsikan diri sendiri, saya menuliskan bahwa saya adalah pribadi yang senang belajar, komunikatif, serta bisa beradaptasi dengan cepat di lingkungan baru. Saya juga bilang bila saya bisa membuat tim ini bekerja bersama-sama tetapi juga tetap bersenang-senang," jelas Yessica.
Saat diterima menjadi volunteer lagi, Yessica mengaku sangat bahagia karena bisa belajar lebih banyak lagi. Dia pun mendapatkan pelatihan langsung dari FIBA. Di mana para trainer mengajarkan bagaimana bekerja secara profesional tetapi di saat bersamaan juga bis bersenang-senang dalam melakukan pekerjaan ini.
Pada pelatihan dari FIBA, menurutnya dia bersama volunteer lain diajakan bagaimana menangani media, spesifik bukan dari media dalam negeri, dengan kemauan yang berbeda-beda.
"Yang aku ingat perkataan trainer FIBA, adalah bahwa kalian orang Indonesia itu sudah ramah pada dasarnya, sehingga dia pun diminta untuk menggunakan keramahan tersebut dalam perhelatan ini,” ucapnya.
Trainner FIBA ini, katanya, sama orangnya dengan yang di FIBA Asia Cup. Jadi dari awal sang dia mengatakan sangat puas dengan pelayanan LOC dan Volunteer media. Hingga dia menginginkan apa yang menjadi pada FIBA Asia Cup kemarin juga bisa diberikannya di FIBA World Cup 2023.
"Yang berkesan disini banyak. Karena kan banyak sekali media dari luar dan dalam negeri, jadi bisa kenal banyak orang dengan kultur yang berbeda, kebiasaan berbeda, dan saling belajar. Macam aku belajar tentang negaranya mereka, dan mereka belajar tentang Indonesia dari aku. Itu pengalaman yang aku dapatkan disini dan tidak aku dapatkan di mana-mana," ungkap Yessica.
BACA JUGA:
Dua kali menjadi volunteer, Yessica mengaku ketagihan. Walaupun tidak bersinggungan langsung dengan jurusannya di kampus. Tapi, dia mengaku tidak menutup diri akan mengexplore lebih luas lagi ke olahraga lainnya. Misalnya seperti, Indonesia open atau bahkan Piala Dunia FIFA U-17 nanti.
(Admiraldy Eka Saputra)