Bagi Fajar, peringatan tersebut benar-benar mengguncang pikiran, mental, dan emosionalnya. Bahkan, pemain berusia 28 tahun itu mengaku sampai menghubungi orangtuanya untuk menangani situasi pelik tersebut. Pasalnya, ia juga sempat mendapat ancaman didepak dari Pelatnas PBSI.
"Jadi itu paling beratlah. Berat kalau kitanya tidak bisa berpikir secara logis, secara positif, ya pasti kita bablas,” cerita Fajar.
“Untungnya, kita bisa bangkit. Tapi ya momen itu sangat berat sampai telefon orangtua juga, kalau akhir tahun 2022 ini keluar dari Pelatnas gimana," lanjutnya.
"Orangtua saya selalu mendukung saya apa pun keadaannya. Waktu itu Maret kan sudah kena warning, kata pelatih, 'Kalau seperti ini terus kamu bisa keluar dari Pelatnas.' Tapi itu juga bagus ketika coach memberikan warning seperti itu biar saya sama Rian juga berpikir lebih dewasa, lebih positif juga," jelas Fajar.
"Saat itu, orangtua cuma bilang, 'Masih banyak waktu, masih ada 8 dan 9 bulan lagi, tapi kalau kamu harus keluar dari Pelatnas ya tidak apa-apa. Yaudah, berarti kamu sudah cukup di bulu tangkis, tidak apa-apa. Kita sebagai orangtua juga sudah senang kamu bisa masuk tim nasional yang tadinya juga tidak mengira bisa masuk sini.' Jadi, di akhir sisa bulan itu, saya coba maksimalkan," sambungnya.
Meski mendapat dukungan penuh dari orangtua, namanya manusia, Fajar tidak menyangkal tetap merasa stres dengan situasi itu. Belum lagi, tiga ganda putra juniornya saat itu sedang naik daun.
"Kalau dibilang stres, ya banyaklah ya stresnya. Tidak hanya di situ aja, banyak banget. Ketika performa kita turun, banyak stresnya. Tapi ya saya tidak bisa ungkapkan," jelas Fajar.
"Yang namanya kita waktu itu sudah senior dan junior mau nyalip, pasti kan ada pressure. Tapi kalau kita pikirkan pressure malah tidak bisa keluar dari tekanan dan malah saya tidak bisa berprestasi lagi. Jadi menurut saya, ya sudah jalannya saja. Junior seperti ini, kita juga seperti ini. Kita enggak boleh kalah sama junior," tambahnya lagi.