Antusiasme peserta terlihat dari bagaimana usaha mereka untuk melakukan dribling dan shooting guna menghasilkan poin terbanyak di tiap gimnya. Keceriaan pun terlihat ketika ada yang berhasil memasukkan bola, semua peserta pun berteriak memberikan semangat dengan bertepuk tangan.
Bukan hanya para peserta, orangtua yang menunggu di pinggir lapangan pun berteriak-teriak turut memberikan semangat anaknya. Ada yang bertindak layaknya pelatih dengan memberikan instruksi, tetapi ada juga yang hanya mengambil foto dan video anaknya yang sedang bermain.
Para youth leaders yang terdiri dari empat orang serta JIP pun tidak terlepas dari ajakan berfoto para peserta serta orangtuanya. Tim pemenang di setiap gim mendapat souvernir resmi dari FIBA World Cup 2023.
Salah satu orangtua murid, Rina Kiwi (41), mengaku senang ada kegiatan basket seperti ini. Karena kedua anaknya Almira (9) dan Fira (11) memang dinilainya sejak kecil "gila basket", menurun dari sang ayah yang menurutnya mantan pemain basket.
"Senang acara seperti ini di sekolah. Suka games-gamesnya, anak saya senang banget. Karena dua-duanya ini kompetitif anaknya, suka ikut kejuaraan,” tutur Rina Kiwi.
“Jadi tahu informasi soal tiket juga, karena sudah incer tiket FIFA World Cup ini sejak Juni lalu. Tapi waktu itu, saat nyari di beberapa marketplace resmi sudah sold out. Padahal anak-anak dan bapaknya pengen banget lihat Piala Dunia, karena ini kesempatan sekali seumur hidup kan. Ada experience buat anak-anak lihat pemain dunia. Tapi sampai sekarang belum dapat tiket," lanjutnya.
Dengan adanya kegiatan youth leader program ini, harapan Rina, FIBA dan federasi bola basket nasional bisa melihat atau melakukan talent scouting potensi-potensi pemain usia muda di Indonesia. Hingga mungkin, ada program global yang juga bisa diikuti oleh para talenta-talenta muda berbakat (khususnya kelompok usia) yang terpantau nanti.
(Djanti Virantika)