JAKARTA – Taufik Hidayat adalah legenda bulu tangkis dunia. Dia telah mengukir banyak prestasi bergengsi yang mengharumkan nama Indonesia di mata internasional.
Prestasi Taufik paling bergengsi adalah waktu meraih medali emas Olimpiade Athena 2004. Medali emas itu tidak diraih Taufik dengan mudah karena tekanan besar dirasakannya sebelum partai puncak kontra wakil Korea Selatan (Korsel), Shon Seung-mo.
Sejak malam sebelum partai final, Taufik mengaku sudah gelisah sehingga tidak bisa tidur nyenyak. Pria berumur 39 tahun itu hanya bisa tidur tiga hingga empat jam pada waktu itu karena gugup.
Banyak hal berkecamuk dalam pikiran Taufik terkait pertandingan kontra Shon Seung-mo. Hal itu wajar karena Taufik adalah satu-satunya harapan Indonesia untuk meraih medali emas pada saat itu.
“Saya merasakan Olimpiade itu beda dengan event lain. Karena ini kan, semua atlet pasti cita-cita main di Olimpiade dan ingin juara tentunya. Empat tahun sekali dan buat negara juga," kata Taufik Hidayat saat berbicara di youtube Helmy Yahya, Kamis (5/8/2021).
"Kalau tidak benar-benar digunakan kesempatan mau kapan lagi? Ya, masa tunggu empat tahun lagi. (Itu pun) kalau masih bermain,” ucapnya.
"Final 2004 itu dari malamnya sudah enggak bisa tidur. Tidur cuma 3-4 jam. Meski masuk kamar cepat, pikiran itu sudah macam-macam saja karena berpikir bagaimana main besok," tutur Taufik.
Rasa gugup itu bahkan sampai membuat Taufik gemetar saat sudah sampai lapangan jelang pertandingan dimulai. Dia pun meminta nasihat kepada pelatihnya saat itu, Mulyo Handoyo, agar bisa keluar dari situasi ini.
Setelah itu, Taufik pun berlaga dalam partai puncak. Taufik sempat tertinggal 0-7 dari Seung-mo pada gim pertama, tetapi keadaan berubah saat dirinya mendapatkan poin pertama dalam pertandingan.
Sejak itu, langkah Taufik untuk meraih medali emas tidak terbendung. Taufik mengalahkan Seung-mo dalam dua gim langsung dengan skor 15-8 dan 15-7. Kemenangan itu mengantarkan Taufik mengukir prestasi yang bisa dikatakan tertinggi dalam kariernya.
“Sampai lapangan kemudian pemanasan lalu pertandingan, saya masih gemetar. Sambil jalan, lihat pelatih, bertanya bagaimana supaya bisa keluar dari situasi tertekan. Dari ketinggalan 0-7, kemudian saya dapat satu poin. Dari sana, saya sudah yakin bisa dan lawan hanya tambah satu poin,” ujar Taufik.
"Ya, merasa lega dan ini memang yang diimpikan. Ini (medali emas Olimpiade) sudah yang paling tinggi dan yang begitu dicita-citakan akhirnya kesampaian. Apalagi, pertandingan saya saat itu satu-satunya kesempatan Indonesia mendapatkan emas," pungkas Taufik.
(Andika Pratama)