Biaya aplikasi buatan ini hampir 20 kali lipat dari aplikasi pelacakan yang sebelumnya banyak salah, yakni Cocoa, untuk "Aplikasi Konfirmasi Kontak COVID-19," yang ditawarkan gratis kepada publik Jepang tahun lalu.
Jepang kini melarang orang dari luar negeri memasuki negara itu karena pandemi virus corona, kecuali untuk beberapa perjalanan penting dan warga negara yang kembali ke Jepang.
Tokyo resmi membelanjakan 15,4 miliar dolar AS (Rp221 triliun) untuk mempersiapkan Olimpiade, tetapi audit pemerintah menyebutkan paling tidak membutuhkan 25 miliar dolar AS (Rp359 triliun). Semua kecuali 6,7 miliar dolar AS (Rp94 triliun) adalah uang masyarakat.
Sementara pandemi telah mempertinggi biaya, hanya sedikit turis yang meningkatkan pundi-pundi lokal. Pada 2019, setahun sebelum pandemi melanda, Jepang meraup pemasukan 4,8 triliun yen (Rp637 triliun) dari hampir 31,9 juta wisatawan yang berkunjung dari luar negeri dan sebagian besar dari China dan Korea Selatan.
Sebaliknya, para pengunjung internasional ke Jepang tahun lalu, berkurang menjadi 4,1 juta orang. Pariwisata domestik juga berkurang menjadi sekitar setengah dari level tahun sebelumnya. Jepang menyebut 9.000 orang meninggal dunia menjadi korban COVID-19 tetapi baru kali ini saja meluncurkan vaksin.
(Ramdani Bur)