Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Wilma Margaretha Sinaga, Pecatur Tunanetra yang Jadi Andalan NPC Indonesia

Romensy August , Jurnalis-Senin, 11 September 2023 |10:25 WIB
Kisah Wilma Margaretha Sinaga, Pecatur Tunanetra yang Jadi Andalan NPC Indonesia
Wilma Margaretha Sinaga, pecatur tunanetra andalan Indonesia (Foto: MPI/Romensy August)
A
A
A

KISAH Wilma Margaretha Sinaga akan dibahas di sini. Dia adalah seorang pecatur tunanetra yang jadi andalan National Paralympic Comittee (NPC) Indonesia yang bakal ikut serta di Asian Para Games (AiPG).

Margaretha ikut dalam pelatihan nasional (pelatnas) NPC Indonesia pada Sabtu (9/9/2023) siang di hotel Kusuma Sahid Prince (KSPH). Wilma mengaku menargetkan emas di ajang Asian Para Games (AiPG), yang akan digelar di Hangzhou, China pada Oktober 2023.

Wilma Margaretha Sinaga

Atlet catur disabilitas netra tersebut menjadi salah satu harapan Indonesia untuk mendulang emas di kancah AiPG 2022. Pada saat ini, dia sudah sukses mengumpulkan 15 medali selama berkarier di dunia catur nasional maupun internasional.

Namanya mulai dikenal ketika terjun di turnamen catur nasional pada 2008. Marghareta kemudian berhasil menyabet mendali emas saat Indonesia menjadi tuan rumah AiPG 2011 di nomor catur standar dan cepat.

Hingga saat ini, sebanyak 15-an medali emas sudah disumbangkan oleh wanita asal Manik Saribu, Simalungun, Dolok Patneran, Pematang Siantar, Medan, Sumatera Utara (Sumut) itu.

Tentu, itu bukan persoalan yang mudah untuk sampai pada posisinya saat ini. Anak ketiga dari lima bersaudara itu harus merasakan jatuh-bangun dalam menjaga konsistensinya di dunia catur.

Terlahir sebagai disabilitas tunanetra, kehidupan Margaretha di Manik Saribu jauh dari kata layak. Ia hanya dibesarkan oleh ibunya yang berprofesi sebagai guru honorer. Sedangkan, ayahnya pergi meninggalkannya karena tidak bisa menerima takdir bahwa Margaretha dan kedua adiknya terlahir sebagai tunanetra.

Margaretha mulai terjun ke dunia catur pada 1996 ketika masih bersekolah di bangku TK Yayasan Tunanetra di bawah naungan Gereja di Jerman, yang bertempat di dekat rumahnya.

"Awalnya masih TK. Di sana kami dikasih pendidikan formal dan ekskulnya ya. Jadi ada banyak ada olahraga seni," katanya sembari mengingat.

Wilma Margaretha Sinaga

Margaretha mengaku sempat mencoba sejumlah ekskul seperti paduan suara dan olahraga lempar lembing, namun ia merasa tidak pernah ada perkembangan. Pada akhirnya Margaretha memilih cabor catur dan merasa nyaman di tempat itu.

"Karena catur itu belajarnya melatih berpikir 3-5 langkah ke depan, strategi dan berhitung. Membantu juga saat di sekolah matematikanya terbantu karena di catur itu, mainnya menghitung ya," ujarnya.

 BACA JUGA:

Selain itu, catur dianggapnya sebagai olahraga yang paling mudah untuk Margaretha dilakukan.

“Kalau catur itu latihannya gak ribet. Gak harus kelapangan lapangannya kan harus dibawa karena papan catur. Kalau gak main pakai papan juga bisa namanya blind chess, jadi namanya catur turna netra, kita bisa main tanpa memegang bidak caturnya. Jadi udah kebayang kotak 64 itu," jelas dia.

Mantap di catur bukan berarti Margaretha tidak menemui jalan terjal dalam kariernya. Meski telah didampingi oleh pelatih, dia mengaku harus berusaha dua kali lipat demi mencapai level tertinggi.

"Pasti kami tidak bisa seperti teman-teman yang pengelihatannya sempurna. Buku juga kami gak bisa baca. Jadi kami minta bantuan dulu untuk dibacakan kesulitannya di situ. Untuk bisa sama dengan teman yang normal kami harus belajar dua kali lipat. Berarti kalau mau melebihi belajar nya harus lebih dari itu," katanya.

Margaretha bercerita tentang bagaimana perjuangannya ketika masih duduk di bangku kuliah. Pada saat itu, dia kuliah di Universitas Negeri Medan jurusan Bahasa Jerman.

Pada saat itu, sepulang latihan, dia turun dari angkot pada titik yang lebih jauh daripada biasanya. Jalan yang dilakui olehnya pun tidak familiar. Akibatnya ia terperosok ke selokan sampah yang membuat sekujur tubuhnya bau.

"Itu sakitnya gak seberapa tapi malunya. Saya ditolong sama tukang becak. Terus saya bilang sama tuhan, udah tuhan sudah kan kamu puas lihat aku. Terus aku nangis," ucapnya.

Proses itulah yang membuat Margaretha mampu bertahan di percaturan Nasional dan Internasional.

"Itu kan proses tuhan. Itu kan pulang latihan catur mas. Akhirnya dari latihan catur itu ternyata catur itu yang membuat bisa berdiri sampai sekarang. Padahal proses itu yang sakit," ungkapnya.

Ke depannya, Margaretha berharap untuk bisa berprestasi untuk Indonesia. Mimpi terbesarnya adalah untuk bisa tampil di Paralimpik Olimpiade, namun hingga saat ini, cabor catur masih belum dipertandingkan.

"Ke depannya pasti pengin prestasi nya selalu meningkat kalau boleh bisa bermain di olimpiade. Kalau olimpiade untuk disabilitas belum ada," tutupnya.

(Reinaldy Darius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement