Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Fajar Alfian, Rasakan Momen Manis dan Pahit di Pentas All England

Bagas Abdiel , Jurnalis-Sabtu, 12 Agustus 2023 |15:56 WIB
Kisah Fajar Alfian, Rasakan Momen Manis dan Pahit di Pentas All England
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto juara All England 2023. (Foto: Reuters)
A
A
A

KISAH Fajar Alfian yang rasakan momen manis dan pahit di pentas All England akan diulas dalam artikel ini. All England sendiri diketahui merupakan turnamen bulu tangkis tertua di dunia.

Dengan status All England sebagai turnamen tertua, para pebulu tangkis dunia selalu antusias untuk berlaga di ajang itu. Apalagi, ada banyak poin yang bisa didapat jika mentas di sana karena All England berlevel Super 1000.

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto

Pebulu tangkis Indonesia, Fajar Alfian pun sudah beberapa kali mendapat kesempatan untuk mentas di All England. Bersama rekan duetnya, Muhammad Rian Ardianto, dia bahkan sukses mengamankan gelar juara di All England 2023.

Kesuksesan itu tentunya jadi momen manis yang tidak bisa dilupakan oleh Fajar/Rian. Apalagi, jika jika menilik pada tahun sebelumnya, Fajar/Rian terbilang hancur lebur di All England.

Setelah mengalami penurunan sejak akhir 2021, Fajar/Rian menghadapi puncak keterpurukan di All England 2022. Kala itu, pasangan berjuluk Fajri itu langsung tersingkir di babak pertama. Mereka menyerah dari juniornya, Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin, dengan skor 16-21 dan 20-22.

Kekalahan dari Leo/Daniel pu menjadi pukulan telak bagi Fajar/Rian. Bahkan, mereka langsung mendapat peringatan keras dari tim pelatih.

"Momen terberat itu pas yang lagi drop-dropnya itu, dan yang paling dropnya di All England, tapi 2022," kata Fajar dalam wawancara eksklusif kepada MNC Portal Indonesia di Pelatnas PBSI Cipayung.

"Saat itu kita kena warning dari coach, dari PBSI juga, dari netizen juga yang bilang Fajar/Rian sudah habis dan Fajar/Rian sudah kebalap sama tiga pasangan junior di bawahnya," kenang Fajar.

Bagi Fajar, peringatan tersebut benar-benar mengguncang pikiran, mental, dan emosionalnya. Bahkan, pemain berusia 28 tahun itu mengaku sampai menghubungi orangtuanya untuk menangani situasi pelik tersebut. Pasalnya, ia juga sempat mendapat ancaman didepak dari Pelatnas PBSI.

"Jadi itu paling beratlah. Berat kalau kitanya tidak bisa berpikir secara logis, secara positif, ya pasti kita bablas,” cerita Fajar.

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto

“Untungnya, kita bisa bangkit. Tapi ya momen itu sangat berat sampai telefon orangtua juga, kalau akhir tahun 2022 ini keluar dari Pelatnas gimana," lanjutnya.

"Orangtua saya selalu mendukung saya apa pun keadaannya. Waktu itu Maret kan sudah kena warning, kata pelatih, 'Kalau seperti ini terus kamu bisa keluar dari Pelatnas.' Tapi itu juga bagus ketika coach memberikan warning seperti itu biar saya sama Rian juga berpikir lebih dewasa, lebih positif juga," jelas Fajar.

"Saat itu, orangtua cuma bilang, 'Masih banyak waktu, masih ada 8 dan 9 bulan lagi, tapi kalau kamu harus keluar dari Pelatnas ya tidak apa-apa. Yaudah, berarti kamu sudah cukup di bulu tangkis, tidak apa-apa. Kita sebagai orangtua juga sudah senang kamu bisa masuk tim nasional yang tadinya juga tidak mengira bisa masuk sini.' Jadi, di akhir sisa bulan itu, saya coba maksimalkan," sambungnya.

Meski mendapat dukungan penuh dari orangtua, namanya manusia, Fajar tidak menyangkal tetap merasa stres dengan situasi itu. Belum lagi, tiga ganda putra juniornya saat itu sedang naik daun.

"Kalau dibilang stres, ya banyaklah ya stresnya. Tidak hanya di situ aja, banyak banget. Ketika performa kita turun, banyak stresnya. Tapi ya saya tidak bisa ungkapkan," jelas Fajar.

"Yang namanya kita waktu itu sudah senior dan junior mau nyalip, pasti kan ada pressure. Tapi kalau kita pikirkan pressure malah tidak bisa keluar dari tekanan dan malah saya tidak bisa berprestasi lagi. Jadi menurut saya, ya sudah jalannya saja. Junior seperti ini, kita juga seperti ini. Kita enggak boleh kalah sama junior," tambahnya lagi.

Setelah All England 2022, tekad Fajar/Rian untuk bangkit pun perlahan berbuah manis. Bak pelecut, peringatan dari coach membawa Fajar/Rian untuk langsung membuktikan diri.

Setelah All England, Fajar/Rian tancap gas. Mereka bahkan langsung sukses merebut gelar juara di turnamen Swiss Open 2022. Gelar itu dipastikan jadi milik pasangan berjuluk Fajri itu usai mengalahkan wakil Malaysia, Goh Sze Fei/Nur Izzuddin, di final dengan skor 21-18 dan 21-19.

Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto

Bahkan hampir secara berturut-turut, Fajar/Rian terbilang konsisten menjadi juara, lolos ke final, atau semifinal hingga akhir tahun. Puncaknya pada akhir 2022, Fajar/Rian menobatkan diri menjadi pasangan peringkat satu dunia.

Belum sampai di situ, Fajar akhirnya juga meraskan momen paling membahagiakan kala mentas di All England 2023. Seolah menjadi pembalasan kegagalan tahun lalu, Fajar bersama Rian akhirnya keluar sebagai juara.

All England 2022 gugur di babak pertama, maka tahun ini Fajar/Rian melejit di posisi pertama. Mereka memastikan gelar juara di ajang Super 1000 itu usai mengalahkan seniornya, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, di final dengan skor 21-17 dan 21-14.

"Momen paling membahagiakan hingga di titik ini adalah kemarin juara All England 2023. Gelar itu artinya sangat besar," kata Fajar.

"Apalagi di All England sebelumnya, tahun 2022 itu kan sempat kena warning juga kalau Fajar/Rian katanya sudah habis. Tapi pas All England berikutnya (2023) bisa juara. Momen itu kayak bahagia banget karena bisa membuktikan diri," tegas pemain asal Majalaya, Bandung itu.

Kini, ketika mereka sudah ada di titik tertinggi, Fajar tidak akan melupakan momen terpuruknya tahun lalu. Satu kata yang menggambarkan situasinya saat ini adalah bersyukur.

"Bersyukur. Satu kata yang paling penting itu bersyukur karena tidak menyangka bisa sejauh ini di bulu tangkis. Tapi kalau sudah di sini, kita tidak puas. Dalam arti, jangan puas sampai kita sudah ranking satu, sudah juara dan lain-lain, kita puas. Tidak ada yang puas," terang Fajar.

"Banyak mungkin orang menilainya kita puas, tapi tidak. Kalau kita puas, ya mungkin setiap hari kita tidak latihan, sudah cukup. Tapi kan kita juga setiap hari latihan, setiap hari keluar keringat dari ujung kaki sampai ujung rambut. Jadi kalau sudah seperti ini, tidak ada yang puas. Pengen lebih dan lebih terus," tutupnya.

(Djanti Virantika)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement