TOKYO – Catatan manis berhasil dilanjutkan pebulu tangkis tunggal putra Guatemala, Kevin Cordon, di pentas Olimpiade Tokyo 2020. Berhasil melenggang ke babak semifinal, Kevin Cordon membuat sejarah dalam hidup dan negaranya.
Kejutan terus dihadirkan Cordon di pentas Olimpiade Tokyo 2020. Dia sukses melangkahkan kakinya ke babak semifinal usai mengalahkan wakil Korea Selatan, Heo Kwang Hee.
Bermain di Musashino Forest Sport Plaza, Sabtu (31/7/2021) pagi WIB, Cordon tak perlu memerah keringat terlalu banyak untuk melenggang ke babak berikutnya. Pemain peringkat 59 dunia itu menaklukkan Heo secara straight set dengan skor 21-13 dan 21-18.
Kemenangan ini jelas sangat berarti, setelah empat kali tampil di Olimpiade (2008, 2012, 2016, dan 2020), akhirnya pada tahun ini Cordon sukses menembus semifinal. Hasil ini juga di luar dugaan karena nama Cordon tidak diperhitungkan sama sekali.
Terlebih lagi, Cordon ternyata memiliki cerita perjuangan berat untuk sekadar berpartisipasi di ajang-ajang besar, termasuk Olimpiade. Dia mengaku sempat tak punya uang dan tak mendapat dukungan untuk tampil mewakili negaranya.
BACA JUGA: Tekuk Wakil Korsel, Greysia Polii/Apriyani Rahayu Lolos ke Final Olimpiade Tokyo 2020
Sebelumnya, Cordon mengakui tempat kelahirannya termasuk negara kecil yang miskin dan tidak memiliki banyak penggemar di olahraga bulu tangkis. Hal itu yang membuat perjalanan Cordon selama ini seakan-akan tak bisa diberikan banyak harapan.
Pemain berusia 34 tahun ini juga mengaku lebih banyak menyaksikan pemain-pemain papan atas bulu tangkis melalui video di internet selama ini. Oleh karena itu, Cordon mengaku bangga di ajang Olimpiade Tokyo 2020 ini karena dapat bermain bersama mereka.
“Di Guatemala, mereka bukan penggemar berat bulu tangkis. Ini semua sepakbola, sepakbola, sepakbola. Bagi kami, tidak mudah mencapai turnamen,” ucap Kevin Cordon, dikutip dari laman resmi BWF, Sabtu (31/7/2021).
“Bahkan, bermain satu turnamen di Eropa sangat mahal. Jadi, bermain di Olimpiade melawan pemain top yang biasa saya tonton di video atau internet adalah sebuah kehormatan,” lanjunya.
“Negara kami miskin dan bukan pendukung besar bulu tangkis, jadi jika kami memiliki satu kesempatan untuk bersaing, itu adalah bermain dengan hati, dan itulah yang saya lakukan. Saya bermain dengan hati saya,” jelas Cordon.
Tetapi, Cordon mampu membuktikan perjuangannya tak sia-sia. Dia sukses membanggakan Guatemala di ajang Olimpiade Tokyo 2020. Bahkan, ini pertama kalinya bagi pebulu tangkis Guatemala yang sukses menembus babak semifinal Olimpiade di cabor bulu tangkis.
Padahal, Cordon sendiri tak pernah terpikir sekalipun untuk melaju hingga ke semifinal ketika mengikuti ajang Olimpiade. Sejak pertama kali lolos di Olimpiade Beijing 2008, dia hanya bermimpi memenangkan satu pertandingan.
Namun kini, di Olimpiade Tokyo 2020 capaiannya melebihi ekspektasi usai tampil apik di fase grup C. Dia meraih dua kemenangan sekaligus dengan melawan wakil Ng Ka Long Angus (Hong Kong) dan Lino Munoz (Meksiko). Tren positifnya berlanjut dengan melibas Mark Caljouw (Belanda) di 16 besar. Kemudian, Heo jadi korban selanjutnya di babak perempatfinal.
“Ketika saya pertama kali lolos ke Olimpiade (di Beijing 2008) itu adalah mimpi hanya untuk bermain di Olimpiade dan mimpi untuk memenangkan satu pertandingan. Setelah itu, saya masih bermimpi untuk memenangkan lebih banyak pertandingan, dan sekarang saya sudah melakukannya. Saya hanya tidak bisa mempercayainya,” tambahnya.
Selain itu, di balik keberhasilan tersebut, ada sosok pelatih Indonesia yang menukangi Cordon. Pelatih tersebut bernama Khadafi yang sukses mengantarkan Khadafi hingga melangkah seajuh ini.
Dengan hasil tersebut, Cordon pun berpotensi berbicara merebut medali di ajang Olimpiade. Namun, apa pun hasilnya nanti, perjuangan Cordon patut diacungi jempol dengan membuat sejarah dalam karier pribadinya juga negaranya.
(Djanti Virantika)