"Saya pikir saya tidak akan memenangkan Grand Slam tanpa situasi itu. Saya akan emosional setiap saat, saya akan berteriak, menangis di lapangan, bukannya bermain tenis. Hanya karena itu saya menjadi pemain yang berbeda,” jelas pemain kelahiran Minks itu.
“Saya menjadi lebih tenang di lapangan dan saya mulai lebih menghargai diri sendiri. Saya lebih percaya diri karena permasalahan tahun lalu. Saya pikir itu sangat membantu saya,” imbuhnya.
Keberhasilan merengkuh takhta tertinggi di Rod Laver Arena itu membuat Aryna Sabalenka kembali duduk di peringkat dua dunia. Ranking ini adalah pencapaian terbaiknya, sejak ia merasakan kali terakhir pada pertengahan Agustus 2021 silam.
(Hakiki Tertiari )