Namun, pada musim 2018, Max Verstappen akhirnya sukses mengakhiri musim dengan hasil yang lebih baik dari seniornya yang berasal dari Australia itu dengan selisih 79 poin di depannya. Menurut Daniel Ricciardo, pada tahun itulah Max Verstappen berkembang menjadi pembalap yang hebat karena semakin dewasa di dalam maupun di luar trek sehingga bisa tampil lebih konsisten.
“Dia (Verstappen) sudah membuktikan kecepatannya dari 2016. Tetapi pada 2018, saya ingat empat atau lima balapan pertama dia mengalami crash dan melakukan cukup banyak kesalahan,” kata Daniel Ricciardo dilansir dari Planet F1, Rabu (21/9/2022).
“Namun, dia dengan cepat menemukan cara untuk memperbaikinya dan menjadi dewasa. Saya pikir pada 2018 dia berkembang pesat dari anak laki-laki menjadi pria dewasa, serta dia juga menjadi lebih dewasa di luar trek. Itulah yang membuat hasil balapannya jadi lebih konsisten,” imbuhnya.
Bahkan, performa apik pembalap berusia 24 tahun itu di F1 2018 kabarnya menjadi alasan Daniel Ricciardo cabut ke Renault. Hal itu pun membuat Kepala Tim Red Bull, Christian Horner, menyebut Daniel Ricciardo sebagai seorang pengecut karena lari dari persaingan dengan juniornya itu.
Sejak itu, kemampuan Max Verstappen pun terus terasah sebagai pembalap utama Red Bull. Dan puncaknya, dia berhasil meraih gelar juara F1 perdananya pada 2021 lalu lewat balapan dramatis yang penuh kontroversial di Abu Dhabi kontra Lewis Hamilton.
Kini, Max Verstappen dalam perjalan menuju gelar juara F1 keduanya. Dia memimpin 116 poin di puncak klasemen atas Charles Leclerc yang duduk di posisi kedua dan dalam skenario yang ada, dia berpeluang mengunci gelar juara F1 2022 pada balapan selanjutnya di Singapura pada awal Oktober mendatang.
(Rivan Nasri Rachman)