SERING buat kesalahan, Scuderia Ferrari disebut suka ragu ambil keputusan akan diulas pada artikel ini. Marc Priestley selaku mantan mekanik yang saat ini jadi pengamat F1 GP memberikan pendapatnya perihal Scuderia Ferrari yang kerap kali buat kesalahan.
Menurut Marc Priestley, staf Scuderia Ferrari eringkali takut atau ragu kala ingin mengambil keputusan. Seperti diketahui, Scuderia Ferrari masih tertinggal dari Red Bull Racing meski berada di posisi kedua klasemen konstruktor F1 GP 2022.
Ketertinggalan mereka lantaran seringkali membuat kesalahan strategi dan keputusan kurang tepat saat balapan berlangsung. Kesalahan-kesalahan tersebut tentu merugikan para pembalapnya ketika berada di sirkuit.
Dua pembalapnya, Charles Leclerc dan Carlos Sainz kerap terpuruk meski sempat memimpin. Oleh sebab itu, banyak pihak yang mengkritik performa para staf dan mekanik Scuderia Ferrari usai balapan berlangsung.
BACA JUGA:Timnas U-20 Selalu Sholat Berjamaah Sebelum Bertanding, Netizen: Kunci Kemenangan
Marc Priestley, yang juga berpengalaman menjadi mekanik McLaren, mengatakan Scuderia Ferrari diselimuti rasa takut saat ingin mengambil keputusan. Tak hanya itu, Marc Priestley juga berpendapat para staf dan mekanik tak mau ambil risiko karena takut membuat kesalahan.
“Saya curiga dan saya tahu ini sampai batas tertentu, banyak orang yang saya kenal bekerja atau pernah bekerja di Ferrari, dan rasanya budayanya tidak benar,” kata Marc Priestley mengawali, dikutip dari Planet F1, Selasa (20/9/2022).
“Rasanya seperti lingkungan tim tidak kondusif bagi orang-orang yang membuat keputusan dengan cepat dan mengambil risiko. Anda harus memiliki semua itu,” sambung eks mekanik McLaren itu.
“Saya pikir di Ferrari, jika mereka mengambil risiko, jika ada orang yang mengambil keputusan berisiko, mereka takut akan akibat yang akan datang dari itu,” tambahnya.
Lebih lanjut, Marc Priestley mengatakan situasi ini jauh berbeda dengan yang terjadi di Red Bull Racing dan Mercedes AMG Petronas. Menurutnya, kedua tim tersebut lebih berani mengambil risiko dan menerima akibatnya jika membuat kesalahan.
“Anda melihatnya di balapan, Anda melihatnya ketika mereka sedikit ragu-ragu di radio (tim). Sebuah tim seperti Red Bull atau Mercedes berbeda, rasanya orang-orang di tim itu memiliki kebebasan untuk membuat keputusan yang mungkin sedikit di luar sana, sedikit di luar kotak, mungkin berisiko,” ujar Marc Priestley.
“Tetapi semua orang dipercaya untuk melakukan itu dan jika itu salah, tidak apa-apa, Anda mengambil risiko. Anda membayar harganya, tetapi Anda belajar dari kesalahan dan semua itu,” tukasnya.
(Rivan Nasri Rachman)