Hal ini merupakan bentuk kritik Selly dari penyelenggaraan PON selama ini. Menurutnya, aturan setiap cabor di PON kerap tidak sesuai sebagaimana dipertandingkan di Internasional.
Akhirnya, kebanyakan atlet pemenang PON menjadi melempem ketika diuji coba untuk tampil di level tinggi tersebut. Ia tidak mau ke depannya masih ada istilah “jago kandang” bagi atlet-atlet berprestasi Indonesia.
"Setiap atlet pasti tidak ingin hanya jago kandang saja. Pasti ingin berprestasi lebih, sampai Olimpiade. Karena itu aturannya harus jelas, harus mengacu pada aturan internasionalnya," ucap Board of Director AIBA (Asosiasi Tinju Amatir Internasional) ini.
Lebih parah lagi, Selly mengungkapkan selama ini PON kebanyakan bercampur dengan unsur politis. Meski begitu, ia melihat ada harapan di PON XX Papua tahun ini.
Dengan diselenggarakan pertama kali di tanah Papua, pengembangan prestasi olahraga di Indonesia akan lebih merata. Menurutnya, ini merupakan penerapan konkret untuk PON memfokuskan tujuan kepada prestasi sumber daya manusia.
(Andika Pratama)