Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia mengirimkan 28 atlet plus satu cadangan yang akan bertanding di 7 cabor. Yakni, atletik, angkat besi, bulutangkis, panahan, menembak, selancar, dan renang.
Di cabang selancar, Indonesia untuk pertama kalinya mengirimkan wakil ke Olimpiade Tokyo 2020 melalui atlet asal Bali, Rio Waida. Selain Rio, ada juga I Ketut Agus Aditya Putra yang diberangkatkan karena hasil dari kejuaran Selancar di El Salvador. I Ketut Agus datang ke Tokyo dengan status sebagai atlet alternate (cadangan) di lima nomor.
Jadi apabila terjadi hal-hal yang membuat pemain di lima nomor yang sudah ada tidak bisa tampil seperti karena sakit atau cedera, I Ketut akan menjadi alternatif pengganti. Secara resmi Ketut telah tercatat sebagai atlet Olimpiade Tokyo.
Peluang terbesar Indonesia untuk mempertahankan tradisi memperoleh mendali di Olimpiade ada di cabor bulutangkis. Di cabang ini, rakyat Indonesia sangat berharap pasangan ganda putra Kevin/Gideon (The Minions) atau Mohamad Ahsan/Hendra Setiawan (The Daddies) bisa mempersembahkan emas bagi kontingen Indonesia. Begitu juga di nomer ganda campuran Praveen/Melati dapat mengeluarkan seluruh kemampuan terbaiknya hingga bisa menyamai seniornya pasangan ganda campuran Tantowi/Liliana Natsir yang berhasil meraih emas di Olimpiade Rio De Jainero.
Selain bulutangkis, publik di Tanah Air juga berharap cabang angkat besi bisa menambah medali bagi Indonesia. Prestasi tertinggi dari cabor ini di Olimpiade baru medali perak. Di cabang panahan, Indonesia punya sejarah yang apik. Dari cabang inilah di Oimpiade Seoul 1988, untuk pertama kalinya Indonesia berhasil memperoleh medali perak.
Baca Juga: Jelang Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020, Sederet Atlet Positif Covid-19
Olimpiade Tokyo akan berbeda dengan penyelenggaraan olimpiade sebelumnya. Beberapa cabor memang tidak boleh ditonton secara langsung, alias tidak ada penonton. Di beberapa cabor lainnya boleh ada penonton namun dibatasi maksimal hanya 50% dari kapasitas. Sesaat sebelum bertanding semua atlet dan official juga harus melakukan tes untuk mengetahui kondisi kesehatan mereka. Terutama, apakah mereka terinfeksi virus Covid-19 atau tidak. Hal ini penting agar ajang Olimpiade tidak menjadikan pusat penularan Covid-19.
Sebelum Olimpiade resmi dibuka saja sudah banyak atlet-atlet top dari berbagai negara yang diketahui positif Covid-19. Hal itu mengharuskan ia menjalani karantina (isolasi) dan terpaksa mundur. Kondisi seperti ini bukan tidak mungkin terjadi pada atlet yang tengah bertanding membawa kehormatan dan nama besar negaranya dari ajang bergengsi ini. Disebut ajang bergengsi, karena memang atlet yang bertanding di Olimpiade bukan atlet biasa. Selain itu Olimpiade juga hanya dipertandingkan empat tahun sekali.