BASEL – Telah memenangkan 19 gelar juara grand slam, Roger Federer tentunya merupakan salah satu petenis terbaik dunia yang pernah ada sepanjang masa. Memulai tur kejuaraan dunianya di usia yang masih muda, Federer terbukti mampu mempertahankan eksistetnsinya hingga saat ini.
Pada musim 2017, kala telah menginjak usia 36 tahun, Federer nyatanya masih bisa memenangkan kejuaraan berlevel grand slam, yakni Australia Open dan Wimbledon 2017. Lebih luar biasa lagi, pencapaian gemilang tersebut didapatnya usai mengalami cedera panjang di tahun 2016.
(Baca juga: Roger Federer Sebut Kiprahnya di 2017 seperti Dongeng)
Tentunya tak banyak yang menyangka bahwa Federer masih akan mampu bersaing di usia yang tak lagi muda. Banyak pihak pun menjadi penasaran mengenai kunci sukses yang dimiliki petenis berkebangsaan Swiss itu.
Menanggapi hal tersebut, mantan pelatih Federer, Paul Annacone pun angkat bicara. Annacone merupakan pelatih Federer pada medio 2010 hingga 2014. Sebelum menangani Federer, Annacone telah lebih dulu mementori dua petenis papan atas lainnya, yakni Pete Sampras dan Tim Henman.
Annacone mengungkapkan bahwa kesuksesan Federer didapat lantaran sang petenis telah mengetahui kekuatan dan potensi yang dimiliki dirinya sendiri, sehingga dapat memaksimalkan hal tersebut dengan baik. Annacone juga menyebut hal tersebut dimiliki pula oleh Sampras dan Henman. Sampras merupakan peraih gelar juara grand slam sebanyak 14 kali.
“Ketiga orang itu memiliki pemahaman yang luar biasa terkait kemampuan yang mereka miliki sendiri. Pemahaman tentang apa yang mereka lakukan dengan sangat baik. Tentunya, talenta mereka tidak ada di grafik, jadi itu satu hal. Namun, hal lainnya adalah mereka memahami kekuatan apa yang mereka gunakan di lapangan tenis,” jelas Annacone, menyadur dari Express, Senin (25/12/2017).
“Mereka tahu apa yang terbaik bagi mereka dan mereka memberi kesempatan terus pada situasi yang paling penuh tekanan untuk menang atau kalah, melakukan apa yang mereka lakukan dengan baik. Lalu, jika mereka kalah, mereka sangat pragmatis tentang hal itu, karena mereka mencoba menggunakan kekuatan terbesar mereka pada saat-saat terbesar,” tuntas Annacone.
(Fetra Hariandja)