Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kelelahan Diyakini Jadi Kendala Utama Tim Thomas Indonesia

Antara , Jurnalis-Senin, 28 Mei 2018 |02:31 WIB
Kelelahan Diyakini Jadi Kendala Utama Tim Thomas Indonesia
Anthony Sinisuka Ginting. (Foto: Laman resmi PBSI)
A
A
A

JAKARTA – Ahli nutrisi olahraga (sport nutritionist), Emilia Achmadi, sepakat bahwa fisik para atlet menjadi kendala bagi tim Indonesia di kejuaraan beregu Piala Thomas 2018. Akibatnya, Tim Thomas Indonesia tidak bisa melaju ke partai final karena dikalahkan China 1-3.

"Kalau dilihat secara teknis dalam pertandingan kemarin seharusnya pemain Indonesia yang sudah luar biasa bisa menang atas China, namun pemain kita tampak tidak bisa bertahan lama di lapangan dan jika terjadi rubber game, seperti sudah kartu mati bagi kita," kata Emilia.

Anthony Sinisuka Ginting

(Anthony Sinisuka Ginting. Foto: Laman resmi PBSI)

Menurut ahli nutrisi yang menangani atlet-atlet profesional Indonesia secara pribadi, seperti Christopher Rungkat (tenis) dan Siman Sudartawa (renang) ini, persoalan fisik bisa menjadi masalah. Sebab, jika hanya mengandalkan teknik tanpa stamina dan ketahanan yang baik, atlet tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal.

"Itu memang faktor pendukung, tapi faktor pendukung yang sangat penting. Karena jika tidak ada stamina dan endurance, akhirnya akurasi, fleksibilitas, dan refleks juga berkurang," ujar Emilia.

BACA JUGA: Ini Evaluasi untuk Indonesia Usai Tampil di Piala Thomas dan Uber 2018

Memang, saat ini Indonesia telah menerapkan ‘sport science’. Terlebih, tim Indonesia secara usia diisi skuad muda yang bisa dikatakan memiliki stamina lebih prima, meski di dalam Tim Thomas 2018 ada juga pemain senior, seperti Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. Tetapi, menurut Emilia, penerapan ‘sport science’ itu masih belum maksimal.

"Walau katanya sudah dilakukan, tapi saya lihat itu dilakukan dengan tidak sesuai kebutuhannya dan tidak mengikuti prosesnya secara maksimal jadi segalanya terkesan harus cepat dan serbainstan," tutur Emilia.

Perubahan yang harus dilakukan pun, tambah dia, cukup banyak mata rantainya mulai dari penanganan pemain junior yang dipersiapkan dengan maksimal dan sistematis, faktor, pelatih hingga penerapan gizi atlet secara serius.

Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan

(Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Foto: Laman resmi PBSI)

"Persiapan atlet regenerasi tentu dengan 'sport science' yang serius, lalu pemilihan pelatih bersertifikasi dan mau terus mengembangkan diri. Dan tak kalah penting penerapan gizi yang saat ini masih dianggap enteng oleh semua cabang olahraga harus diubah dengan menerapkan nutrisi atlet spesifik dengan cabang olahraganya serta periodeisasi latihannya," ujarnya.

"Jika tetap melakukan hal yang sama tapi mengharapkan hasil yang berbeda, itu adalah sesuatu hal yang gila," tutur Emilia menambahkan.

Tim Thomas Indonesia gagal ke final karena terhenti di fase empat besar yang dihelat di Impact Arena, Bangkok, Thailand, Jumat 25 Mei 2018 dengan skor 1-3 usai tiga wakil Indonesia, yakni Anthony Sinisuka Ginting (tunggal putra), Jonatan Christie (tunggal putra), dan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan (ganda putra) ditumbangkan lawan-lawannya. Satu-satunya poin Indonesia dicetak oleh pasangan ganda Indonesia peringkat satu dunia, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.

(Ramdani Bur)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita Sport lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement