JAKARTA – Resmi ditutup, gelaran SEA Games 2017 masih memiliki delik tersendiri. Namun, kali ini masalah berasal dari dalam negeri. Ya, salah satu atlet Indonesia yang menyumbang medali emas di turnamen bergengsi Asia Tenggara ke-29 itu memberikan kritik tajam kepada pemerintah.
Eki Febri Ekawati orangnya. Atlet tolak peluru putri cabang atletik itu dengan tegas mengatakan akomodasi yang melingkupi biaya makan, penginapan, dan urusan lain yang seharusnya mulai dibayar dari Januari hingga Agustus belum terselesaikan.
“SEA Games sudah hampir selesai, gimana mau maju? Birokrasi dan sistem olahraga di Indonesia yang ribet! Pemerintah harus introspeksi terkait penyebab kenapa Indonesia tidak maksimal di SEA Games sekarang!” begitu pernyataan tegas srikandi penyumbang emas ke-22 itu, dikutip dari foto yang diunggah akun Instagram @badmintalk_com, Kamis (31/8/2017).
Tak ayal, komentar Eki tersebut langsung viral dan menjadi pembicaraan netizen. Jawaban pun langsung diberikan Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), Gatot S. Dewa Broto. Melalui rilis resmi yang diterima Okezone, Gatot menegaskan Kemenpora sudah menghubungi pihak terkait untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berikut pernyataan Gatot kepada media.
“Terkait nasib atlet tolak peluru Eki Febri yang telah mendapat medali emas di Sea Games 2017, kami atas nama Kemenpora menyampaikan apresiasi atas prestasi medali emas yang telah diperolehnya, namun demikian juga mohon maaf atas kejadian bahwa yg bersangkutan belum menerima dana akomodasi sejak bulan Januari 2017.
Kami tentu saja sangat terkejut dengan kejadian tersebut, dan untuk itu sedang kami telusuri di internal Kemenpora mengapa hal tersebut sampai terjadi.
Memang kami akui dalam beberapa bulan terakhir ini ada persoalan terkait honor, peralatan, akomodasi dan try out atlet Prima. Satu per satu sudah mulai terurai sejak Mei 2017 mulai dari honor atlet, kemudian sebagian try out di bulan Juni 2017 dan peralatan di bulan Juli 2017. Yang agak lambat progress-nya adalah untuk akomodasi, yaitu meski sudah ada yang terealisasi tetapi belum seluruhnya.
Keterlambatan tersebut selain karena anggaran Kemenpora baru cair sepenuhnya bulan April 2017 (karena adanya perubahan struktural pemecahan KPA dari semula tunggal menjadi terpisah di 6 Satker), juga karena adanya aturan yang berubah, terlalu berhati-hati sehingga berdampak pada keterlambatan.
Oleh karena itu, dalam konteks tidak berhasilnya Indonesia menenuhi target, kami juga menyadari bahwa di antaranya karena secara teknis dan non teknis akibat kendala anggaran tersebut dan kami mohon maaf.
Kembali soal Eki Febri, kami sudah minta pejabat terkait di internal kami untuk segera berkoordinasi dengan Prima dan PASI agar masalah tersebut dapat segera diatasi. Bagaimanapun juga Eki sangat layak diprioritaskan, selain karena peraih medali emas, juga karena nasibnya terhadang masalah keuangan. Kami harus merasa berterima kasih pada Eki dan bukannya menentelantarkan,” begitu pernyataan Gatot selaku pihak Kemenpora.